Bersepeda dari Banda Aceh ke Tapak Tuan

Satu hari persiapan dan empat hari perjalanan mendokumentasikan para peserta Tour de Sabang-Jakarta 3000K telah dilewati. Pada saat berangkat dari Bandung, hanya satu orang saja dikenalnya, yaitu Mas Anjar yang juga seorang blogger. Berada di tempat asing selalu menjadi tantangan bagi sosok itu agar dirinya menjadi tidak terasing. Targetnya sederhana, yaitu menciptakan persahabatan dan kebahagiaan di kampung halaman berikutnya. Tidak lagi ada istilah ‘asing’ karena inilah Indonesia. Selama masa itulah dia juga menjadi akrab dengan semua tim: Panitia Inti dari Jakarta, Panitia Lokal, dan tentu saja Peserta Pesepeda dari Jakarta, Malang, Makassar, dan Aceh.

Baca dulu rute pertama:
Tour de Sabang-Jakarta 3000k

HARI KEDUA DARI BANDA ACEH KE CALANG

Senin, 16 Oktober 2017. Dia membuka mata dengan lebar, lalu menghirup udara di sekitar Hotel Pantai Barat yang segar. Kemarin saat finish di RSUD Teuku Umar Calang, sosok itu berhasil menangkap momen yang luar biasa indah di pantai baratnya. Untuk mendapatkannya, dia sedikit memaksa pada salah seorang karyawan RS tersebut untuk mengantarkannya sesegera mungkin. Alhamdulillah tercapai hehehe. Berbekal ketakjubannya pada momen matahari terbenam kemarin, tentu taksalah kalau hari ini dia berharap bahwa perjalanan kali ini jauh lebih baik lagi dari hari kemarin.

Ya, hari Minggu sebelumnya, para pesepeda telah menempuh jarak sekira 190K dari Banda Aceh melewati Lhok Nga, Lamno, dan finish di Calang. Rute panjang yang melelahkan menghadapi angin, hujan, dan panas terik. Namun percayalah bahwa selalu ada momen bonus saat menjalani Tour de Sabang-Jakarta 3000K ini, salah satunya adalah keindahan alamnya. Puncak Geurute dengan monyet Si Amang memberi kesan mendalam bagi sosok itu, apalagi melihat Pulau Keluang yang terbagi dua saat tsunami. Plus sunset di pantai setelah Lageun dan pantai barat Calang. Semua itu membayar lunas rasa letih perjalanan hari kedua kemarin.

Setelah sebelumnya sempat serabutan saat melepas peserta gowes di RS Kesdam Iskandar Muda, sehingga dia tertinggal cukup jauh karena mengikuti rombongan yang salah. Pada hari Minggu itu ternyata ada 3 funbike di Banda Aceh, jelas membuat perjalanan menjadi membingungkan. Untunglah setelah berkomunikasi dengan baik dengan beberapa pihak, dirinya bisa menyusul di Puskesmas Lhok Nga. Sempat ada kejadian ban salah satu sepeda bocor sehingga membuat Pak Leo menyerahkan sepedanya untuk dipakai. Beliau sendiri menunggu jemputan. Ambulan dari Puskesmas Lhok Nga berinisiatif menjemputnya, setelah itu dilanjutkan oleh mobil double cabin yang ditumpangi sosok itu. Angin berhembus amat kencang di daerah Lhok Nga hingga kemudian turun hujan lebat hingga Puncak Geurute.

Di puncak itulah dia merasakan kebahagiaan yang paripurna. Dia bisa menyaksikan sendiri keindahan Aceh di bukit yang langsung menghadap Samudera Hindia. Subhanallah. Rasa lelah yang sama dengan yang dirasakan pesepeda tiba-tiba sirna. Ya, dia lelah juga. Selama di jalan, dia harus memikirkan angle dan background foto sementara pesepeda tidak boleh terganggu. Menjadi #TravelBlogger tidak melulu bersenang-senang. Tidak mudah menjalankannya. Mas Hartoyo (prajurit AL yang bekerja di RS Mintoharjo Jakarta) selaku komandan tim (DanTim) geleng-geleng kepala melihat kinerja sosok itu.

Lari ke sana-sini, mengejar lagi dengan naik motor/mobil, dan harus standby saat ada event penting semisal penyerahan cinderamata, termasuk membantu pemberian logistik (jika diperlukan). Dia hanya tersenyum. Kuncinya hanyalah totalitas dan menyenangi pekerjaannya. Setelahnya adalah bonus karena trek jalan lurus namun harus tetap waspada karena panas yang menyengat, terutama setelah Lamno. Rencana awal akan menginap di Lambo, tetapi karena tidak ada penginapan yang memadai akhirnya disepakati bahwa pos terakhir pada hari itu adalah Calang, yaitu di RSUD Teuku Umar.

Baca juga:
Yuk, Kembali ke Alam
Ngaboseh dari Katulampa ke Bandung
Ngaboseh ke Bendungan Katulampa

HARI KETIGA DARI CALANG KE MEULABOH

Rute pada hari Senin kemarin bisa dikatakan sebagai trek bonus karena jalurnya terbilang lurus dan landai. Pemandangan yang dilewati hanya perkebunan sawit yang terbengkalai dan dimanfaatkan oleh warga sekitar, plus lahan-lahan gambut. Lalu ada beberapa gerombolan sapi atau kerbau yang makan rumput di tepi-tepi jalan, dan kalau tidak hati-hati bisa saja terjadi rombongan ternak langsung menyeberang jalan begitu saja (tanpa tali ikatan). Perjalanan dari Calang ke Meulaboh bisa ditempuh selama 7 jam 20 menit dengan jarak 91K. Meski demikan bagaimanapun kondisi treknya, pesepeda harus waspada karena lengah berarti celaka.

Dengan prinsip dan motto Healthy, Happy, Friendship, and Fun … acara IndoHCF-Koseindo Tour de Sabang-Jakarta 3000K ini membawa misi #IndonesiaSehat dan alhamdulillah didukung oleh Kemenkes, BKKBN, Pemda, Kodam IM, BB, SWJ, Ditkesal, Kesdam, Dinkes, BPJS, dan jajaran pelbagai instansi lain. Kegiatan ini memang tidak hanya sekadar touring sepeda belaka tetapi juga sebagai bentuk kampanye dan sosialisasi pelbagai program, khususnya GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dengan mitra pendukung dari IDS MED dan Hermina Group. Nah, salah satu yang dilakukan para pesepeda selama perjalanan adalah singgah di beberapa puskesmas dan rumah sakit di tiap kota yang dilalui. Di sana mereka menyerahkan paket sosialisasi program Germas.

Satu hal yang bisa dicatat pada rute ini adalah kebersamaan para pesepeda yang makin paripurna, begitu pula dengan tim pendukung baik itu dari kepolisian, TNI, mapun dari dinas kesehatan. Semua berbaur dan membahagiakan layaknya sebuah keluarga. Amat disayangkan Pak Trisno tidak bisa melanjutkan perjalanan karena ada pekerjaan di Jakarta. Beliau memisahkan diri di Lamno. Kebersamaan itu terasa sekali saat foto bersama di Pelabuhan Meulaboh yang belum diresmikan, termasuk di Masjid Agung Baitul Makmur. Begitu pula saat finish di RSUD Cut Nyak Dhien dan kemudian menginap di salah satu losmen. Ngopi bersama di Chaplin Cafe & Resto dihabiskan malam itu dengan senyum lebar.

HARI KEEMPAT DARI MEULABOH KE TAPAKTUAN

Selasa, 17 Oktober 2017. Salah seorang peserta dari Makassar memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Siapa sangka bahwa bonus pada hari sebelumnya adalah persiapan untuk menghadapi hari yang menyebalkan di kemudian hari. Ya, hari keempat itu adalah hari yang melelahkan. Bagaimana tidak? Hari itu para pesepeda harus menempuh jarak terjauh, yaitu 202.6K selama 12,5 jam dari Meulaboh hingga Tapaktuan. Ada dua puskesmas dan satu rumah sakit yang disinggahi, yaitu Puskesmas Alue Bilie, Puskesmas Blang Keujeren, dan RSUD Teungku Peukan. Meski terbilang asyik di awal perjalanan karena melewati tanjakan dan turunan di sekitar Gunong Trans, setelahnya adalah trek membosankan karena jalanan yang lurus dan cuaca yang panas menyengat.

Yuk, baca:
Cyclepedia: All About Sepeda
Ngagowes Sambil Banjir-banjiran

Semangat yang luar biasa dari para pesepeda terus digelorakan. Berhenti sejenak untuk memakan semangka secara bersama-sama memberikan rasa segar untuk kembali mengumpulkan energi. Melewati Blang Pidie setelah penghabisan Jl. Ladang Neubok dan dilanjut ke Jl. Iskandar Muda tiba-tiba saja mengingatkan sosok itu pada seorang sahabat blogger yang juga seorang dokter, Liza Fathiarani. Ya, blogger senior Aceh itu katanya tinggal di Blang Pidie dan pernah menulis tentang Pantai Jilbab (tidak jauh dari pusat kota). Percayalah bahwa di kemudian hari dia akhirnya bisa jalan bareng ke Malaysia dengan suaminya yang juga travel blogger, yaitu Abang Martunis. Betapa dunia ini kecil.

Pada setiap persinggahan di puskesmas maupun rumah sakit daerah, selalu ada hal takterduga yang ditemuinya. Salah satunya adalah saat mampir di RSUD Teungku Peukan. Di halaman rumah sakit telah disediakan tempat tidur portable yang bisa digunakan oleh peserta gowes untuk berleha-leha sejenak. Sederhana, tetapi ini membuktikan betapa tuan rumah begitu menghargai tamunya. Keren. Sebagai bentuk kebahagiaan kecil, dia pun kemudian meminta para pesepeda untuk berpose lucu dengan latar tempat tidur tersebut. Hiburan kecil di tengah perjalanan yang melelahkan. Setelah makan siang, para pegowes melanjutkan perjalanan yang masih panjang.

Rute yang panjang akhirnya tidak bisa diselesaikan sebelum malam. Berembug sejenak menjadi momen penting bagi semua peserta Tour de Sabang-Jakarta 3000K itu, yang akhirnya diputuskan untuk lanjut jalan meski hari sudah gelap. Shalat maghrib sejenak di masjid pinggir jalan memberi energi tambahan. Jujur sosok itu terharu saat menyaksikan mereka semua ngagowes pada malam hari, saling beriringan, saling menjaga, dan sinar lampu mobil double cabin semoga turut membantu penglihatan mereka. Pantai-pantai indah dan air terjun dingin yang dilewati tidak lagi begitu dinikmati. Hingga kemudian tanjakan-turunan berhasil diselesaikan dengan baik pada sekira pukul delapan malam, dengan finish di RSUD dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan. Tidur di Hotel Dian Rana memberikan kenikmatan yang amat sangat, dan tercatat bahwa dari hari pertama rombongan telah berhasil menempuh jarak sepanjang 495,34 kilometer. Mantap![]

8 thoughts on “Bersepeda dari Banda Aceh ke Tapak Tuan

  1. Wuahhh luar biasa, berhari-hari menempuh ratusan km di Aceh yo bang, meski lelah tapi kalo disuguhi pemandangan seperti itu pasti asyik banget. Buat sang travelblogger juga saya salut, hehe, perjuangannya mantaapp!

    >> Iya dong, pemandangan tsakep tidak boleh membuat semangat menjadi kendor. Malah tambah semangat hehehe….

  2. Keren om, sayang waktunya nggak pas kemarin.
    Padahal kalau dilihat, memang seru banget 🙂

    >> Iya, sebagai pelaku yang senang bersepeda, kesempatan ini tidak boleh dilewatkan begitu saja ^_^

  3. Haduh, cape banget ngikutin perjalanannya, hah..heh.hoh sendiri niy ngoprot.
    Seru ya Bang, pengalaman luar biasa, sensasi ngegowes meski melelahkan tapi dibayar dengan keindahan alam sepanjang jalan. Mbayangin dr bukit itu, melihat Aceh menghadap samudera Hindia, Aww…aww..aww… Jadi pengen nyebur

    >> Capek, Teh, tapi puasss.
    Iya, andai waktunya agak santai, tentu sudah asyik nyebur dan berendam hehehe….

  4. perjalanan melelahkan, buat yang baca he.. he..
    tapi seru bang, ketemu suasana baru,tampat baru, orang2 baru…, apalagi ini gowes sampai ke pelosok Aceh yang semuanya terlihat cantik…
    foto2nya cakep

    >> Melelahkan aslinya juga. Hatur nuhun sudah mampir, Bu

  5. bang, itu foto yang diatas ga bisa di geser2 ya? bukan slide? terkecoh sama titik2nya 😀

    >> Iya, bukan. foto diambil dari IG karena datanya belum bisa dibuka. Terkecoh nih yeee ^_^

  6. Ini mah udah kelas master sepedaannya. Gak kuaaat haha, walapun mupeng kalo sepedaannya dengan view sekece itu.

    >> Gak juga, mereka sudah pengalaman aja dengan sepedaan jarak jauh.
    Mupengnya harus diimbangi dengan latihan, Kang ^_^

Leave a comment