Desain Buku Merah Putih

Blogger Bandung, Travel Blogger, Blogger Indonesia
Komi sangat bahagia ketika terpilih sebagai salah satu dari koki kerajaan. Awalnya, raja mempunyai tiga orang koki. Koki tertua baru saja pensiun. Raja mengadakan sayembara untuk mencari koki baru. Komi ikut serta dalam sayembara dan menjaid pemenang.
Koki Komi punya kaos kaki ajaib. Ia yakin, dengan kaos kaki itu dia bisa memasak dengan baik sehingga masakan buatannya tambah lezat. Dia ingin seperti koki-koki istana teman barunya. Benarkah kaos kaki itu membawa keberuntungan?
Sebelum lupa, sosok itu kembali mengingatkan. Sebelum basi, sosok itu menengok ke belakang. Tepatnya tahun lalu di bulan terakhir. Sebagai (orang yang mengaku) penulis, rasanya tidak sah jika tidak menunjukkan bukti akan profesi kepenulisannya. Selain buku, media massa pun dianggap sebagai bukti kuat. Untuk itu, marilah kita berbicara tentang koran.
Adalah Charlie yang memulainya pas di permulaan Desember 2010. Kompas Jabar memuat tulisannya di rubrik “Forum”. Tulisannya begitu tajam mengkritik para pesepeda (khususnya) dan pemkot (sebenarnya). Disebutkan di sana (salah satunya) bahwa jiwa pesepeda (kota) tidak akan sehat meski fisiknya sehat. Lebih-lebih, ia pun menuliskan bahwa Bandung sudah terlanjur berantakan dan tidak mungkin diubah menjadi kota yang ramah lingkungan.
Banyak pesepeda yang kaget dan marah. Sosok itu pun begitu, awalnya. Pada akhirnya sang sosok tersadarkan bahwa Charlie sengaja memancing agar pesepeda dan pemkot bisa bangkit lagi dari tidur panjangnya. Jangan terlalu terlena dengan bias ramainya pesepeda dan dibuatkannya jalur sepeda. Sosok itu menganggap tulisan itu sebagai tantangan bahwa bersepeda itu sangat penting. Bersepeda itu sangat sehat dan bisa menciptakan kota yang hijau haruslah dijelaskan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dimuat di media massa.
Limbah, apapun jenisnya selalu meresahkan. Jika limbah tidak diolah dengan baik maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk itu harus cepat ditanggulangi agar limbah-limbah tersebut tidak menggangu kehidupan kita.
Kali ini, sosok itu tidak akan bercerita panjang lebar tentang limbah dan segala yang berkaitan dengannya. Sosok itu hanya ingin menampilkan hasil kerjanya beberapa bulan yang lalu—tepatnya tahun lalu—, yaitu desain kaver buku pendayagunaan limbah. Konsep yang dimajukan pun tidak jauh dari pernak-pernik limbah, begitu pula dengan font yang dipakai.
Telah hadir dengan pilihan bentuk dan rasa yang YUMMY! Dikemas eksklusif dimana tiap butir coklatnya dibungkus plastik sehingga dijamin higienis dan tahan lama. Harga coklat cetak Rp34ribu dan coklat isi Rp37ribu [ukuran toples 250 gr] (tidak termasuk ongkir, wilayah Bandung gratis ongkir). Harga kue kering [ukuran toples 450- 500 gr] Rp42ribu. Ongkos kirim berdasarkan TIKI. CP: Umi (081321706701)
Saat mengorek-ngorek tumpukan kaos di dalam lemari lama yang letaknya di rumah orangtua, tersebutlah sebuah kaos yang mengingatkan sosok itu akan sebuah kenangan manis waktu SMA. Ya, dia termasuk alumni SMA Libels (Masih ingat kan dengan grup Trio Libels? Ya, merekalah kakak kelasnya). Dan kalau menilik dari tahun kelulusan, berarti dia termasuk angkatan 94. SMA Libels dahulu berlokasi di daerah Jembatan Item (dekat Ancol) yang sering kebanjiran, dan setelah sosok itu lulus, adik-adik kelasnya harus ‘menikmati’ numpang di beberapa sekolah (termasuk SMP 116, sekolahnya juga di dekat Pengadilan Sunter) karena gedungnya ambruk takterurus. Hingga setelah 1-2 tahun, barulah mendapat sumbangan gedung dari Walikota Jakarta Utara yang berlokasi di tengah-tengah Sunter Agung (dekat Taman Nyiur).