Amankah Berolahraga di Luar Saat Pandemi?

Hasil penelitian ilmiah di Belgia-Belanda menunjukkan bahwa pada saat pandemi seperti ini, setiap orang dilarang untuk berjalan/berlari/bersepeda secara berdekatan. Nah, berapakah jarak yang ideal antara dua orang yang sedang berolahraga?

Entah mengapa, Sosok Itu memperhatikan bahwa dengan adanya wabah Covid-19 ini jumlah masyarakat yang peduli akan kesehatan tubuh makin meningkat. Pengamatannya didasarkan pada aktivitas warga yang tinggal di Komplek GBA Barat Ciganitri, tempatnya tinggal. Hasilnya, makin banyak warga yang senang berolahraga.

Continue reading “Amankah Berolahraga di Luar Saat Pandemi?”

Nagari Tuo Pariangan dan Kawa Daun

Sebelum membaca tulisan ini, ada baiknya membaca dulu Travel Blogger dan Tour de Singkarak 2018 ya.

Hari Ahad, 4 November 2018, semua pembalap telah bersiap sedia di titik start di depan Lapangan Kantin Wirabraja. Pembukaan yang meriah dengan Tari Piring dan tambahan atraksi ala debus menjadi penghangat pagi. Bagaimana tidak, pecahan piring dijadikan pencuci muka macam tidak ada lagi air di sana. Etape 1 akan dimulai dari titik tersebut sampai ke Gedung Pancasila di Kabupaten Sijunjung. Jarak total adalah 140,5 km. Sosok itu sudah survei rute bahwa setelah start para pembalap akan melewati Panorama (Ngarai Sianok), Pasar Banto, Jalan Raya Bukittinggi Payakumbuh, Baso, Batusangkar, Istano Pagaruyuang, Saruaso, Sitangkai, Tanjung Ampalu, Gambok, Muaro Tobi, Tanah Badantuang, Lintas Sumatera, dan Perkampungan Adat. Sampai Jalan Raya Bukittinggi Payakumbuh jalan cenderung datar dan masih daerah perkotaan sehingga mereka tidak akan mengalami kesulitan.

Continue reading “Nagari Tuo Pariangan dan Kawa Daun”

Travel Blogger dan Tour de Singkarak 2018

Mendengar kata ‘Minangkabau’ sudah pasti akan langsung merujuk pada sebuah provinsi di Swarnadwipa alias Andalas alias Pulau Sumatera. Bagi sosok itu, ciri khas yang mudah didapatkan dari provinsi ini dari kulinernya adalah rendang. Dan mimpinya kalau bisa menginjakkan kaki di buminya adalah bisa melihat langsung dari dekat dan mengabadikan Rumah Gadang. Minang, Rendang, dan Rumah Gadang adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan. Kecantikan Minangkabau jelas tergambar dari kebudayaannya yang begitu kaya. Begitu pula dengan kecantikan uni-uni di sana. Mata lelakinya tidak bisa menampik. Perpaduan kecantikan manusia dengan kreasi budayanya adalah kekayaan yang harus dijaga.

Wisatawan lokal Indonesia dan mancanegara yang terbiasa bertualang pasti akan mencarinya. Bersamaan dengan diadakannya Tour de Singkarak 2018, inilah peluang yang harus diambil Pemprov Sumbar untuk mengabarkannya pada dunia. Ratusan pembalap internasional tidak hanya saling berburu podium tetapi juga akan menikmati kecantikan Minangkabau. Ya, ajang balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) kembali digelar. Event yang memadukan sport dan tourism ini akan diadakan pada 3-11 November 2018. Sebanyak 20 tim dari dalam dan luar negeri (15 diantaranya merupakan tim internasional) dipastikan ambil bagian dalam event akbar yang bakal melintasi 16 kabupaten/kota di Sumbar sepanjang 1.267 km.

Continue reading “Travel Blogger dan Tour de Singkarak 2018”

94nesha Berlari di ITB Ultra Marathon 170K

Tiga hari yang bikin tegang, lelah, sekaligus membahagiakan (di ujungnya). Tiga hari yang membuat diri ini lupa bahwa sebenarnya ada kehidupan lain di luar sana. Akan tetapi memang (entah mengapa) semua itu hilang. Hanya menyisakan dialog yang terus saja jalan tanpa henti di dua WAG 94nesha ITB. Kata-kata ‘lari’, ’94nesha’, ‘Ultra Marathon’, ‘leg’, ‘WS’, dan ‘ITB’ terus berputar-putar di pikirannya, termasuk kata-kata turunannya. Seolah-olah gak ada dunia lain selain itu. Padahal ada WA dari Sang Belahan Jiwa yang terus menanyakan, “Sekarang Abi di mana?”, “Pemanasan dulu, Bi”, “Abiii … berapa jam larinya?”, “Masih ada yang lari?”, “Sehat ya, Bi”, “Trus gimana?”, “Abiii, baju meni gak ganti2”, dan seterusnya. Alhamdulillah dia beruntung memiliki istri yang salehah dan begitu perhatian. Wahai para Alumni ITB yang kemarin jadi ‘gila’ gara-gara ITB Ultra Marathon 170K, ingatlah bahwa ada dunia di luar sana selain ITB-ITB-ITB.

Ya, euforia itu terus berlanjut hingga kini dan gilanya … WAG yang sebelumnya berangka 2018 per hari ini sudah berganti jadi angka 2019. Obrolan pun berlanjut pada persiapan menghadapi ITB Ultra Marathon tahun depan. Waduh, istirahat dulu napa? Puncaknya memang tiga hari selama 12-14 Oktober 2018. Tiga hari keramat. The 3 D-Days! Namun sebenarnya ketegangan dan keriuhan itu sudah berlangsung jauh-jauh hari. Sosok itu sendiri baru dijebloskan satu hari setelah Pocari Sweat Bandung Marathon 2018, tepatnya di bulan Juli. Gak tahu kenapa dia jadi ikut-ikutan ‘gila’. Tapi gak papa, ini ‘gila’ yang menyehatkan. Kalau istilah di dunia lari: Racun Sehat. Sama halnya dengan keinginan dia untuk tetap sehat demi keluarga tercinta. Dan buktinya adalah hasil spirometri yang baru diterimanya tadi malam. Berat tubuhnya berkurang dari 80kg menjadi 75kg. FVC-nya naik dari 53,3 menjadi 86,5. FVC adalah kemampuan paru-paru menghirup oksigen. Paru-paru lebih sehat dan berat badan menuju ideal hanya dengan lari selama 3 (tiga) bulan ini.

Continue reading “94nesha Berlari di ITB Ultra Marathon 170K”

We Are Big Family of 94nesha

Sudah H-2 saja nih, menuju #ITBUltraMarathon170K dan sosok itu kebagian di Tim 3 #Relay16 94nesha Runner. Fiuh. Deg-degan? Gak usah ditanya. Apalagi bagi dirinya yang baru pertama kali mengikuti Ultra Marathon. Jujur, bukan jarak total yang dikhawatirkan atau hanya sekadar 10K rute yang bakal ditempuh. Bukan. Jarak segitu nantinya bakal biasa dengan rutin latihan meski dengan pace lambat, kalau sendirian. Justru yang dikhawatirkan adalah ini kerja tim. Kerja 16 pelari. Bahkan kerja banyak orang kalau ditambahi dengan tim support.

Tidak mudah mengumpulkan 16 orang yang mau lari saling estafet dari Jakarta ke Bandung. 16 alumni ITB yang bisa jadi tidak saling kenal, dan kalau pun kenal hanya tahu muka atau nama saja. Dari ke-16 orang itu, apa semuanya pelari tulen? Atau sederhananya menjadikan lari sebagai hobi? Dia kira tidak. Paling hanya 1% atau taruhlah 10% saja yang benar-benar senang lari. Sisanya … hanya sekumpulan alumni yang begitu senang bisa kumpul bareng setelah lebih dari 20 tahun, baru pertama kali lari, kembali merasakan semangat “We Shall Overcome Someday” sehingga “Gaudeamus Igitur” (karenanya marilah kita bergembira).

Continue reading “We Are Big Family of 94nesha”

7.3K dan 17.8K untuk Indonesia

Lari. Sosok itu pernah tersenyum saat mendengar aktivitas yang terdiri atas empat huruf itu. Bisakah dia melakukannya pada usia yang tidak terbilang muda? Hingga kemudian pada 2013-2014 dia terus bergaul dengan kawan-kawan pelari. Mulai dari Aki Niaki (Blogger senior pendiri Batagor) yang tiba-tiba senang lelarian, hingga anak-anak IndoRunners Bandung dan Bandung Explorer. Keterlibatannya di dunia lari dimulai pada Desember 2013 saat bisa ikut acara Outlive Coast to Coast di Ujung Kulon. Dia hanya penggembira sedangkan peserta lainnya adalah pelari tulen. Hingga kemudian dia baru berani lari di ajang Siliwangi 10K pada Mei 2014, ambil yang 5K. Itu pun gak dapat medali finisher karena hanya mampu lari 4K dan peraturan yang memang membingungkan.

Setelah menemani kawan-kawan pelari dari Bandung ke Jakarta di ajang Long Run Bandung-Jakarta for Leukemia dengan bersepeda pada Juni 2014, barulah dia tergerak untuk lari rutin. Beberapa event lari mulai diikutinya, namun dipilih berdasarkan jarak yang berbeda untuk satu medali finisher. Mulai dari ajang “League Grip The Road 2014” untuk kategori 15K, “Jakarta Marathon 2014” untuk kategori 10K, “Super Ball Run 2014” untuk kategori 5K, dan “Hilly We Run 2015” untuk kategori 21K. Setelah itu … siiiiing, kosong. Entahlah, bisa jadi karena faktor pekerjaan yang lumayan menyita waktu, bermain bersama keluarga, dan 1001 macam alasan yang pada akhirnya membuat sosok itu malas untuk berlari lagi.

Continue reading “7.3K dan 17.8K untuk Indonesia”

Bersepeda dari Tapaktuan ke Tebing Tinggi

Perjuangan tidak pernah berhenti.
Setiap perjalanan selalu menyisakan pengalaman yang berbeda.
Meski rute dan treknya rada mirip,
selalu saja ada kejadian unik dan tentu saja pemandangan berbeda.

Sosok itu menarik napas panjang lagi. Ingatannya dipertajam tentang apa yang sudah dilakukan selama seminggu menjelajah Bumi Serambi Mekah hingga ke Sumatera Utara. Momen-momen indah bisa meliuk-liuk di sepanjang jalan Lintas Barat Sumatera adalah kebahagiaan takterkira. Meski tidak bisa ngagowes bersama para peserta Tour de Sabang-Jakarta 3000K, tetapi menyaksikan mereka dan turut membantu tim logistik plus merekam gambar, seolah-olah dirinya juga turut bersepeda. Frekuensi emosinya sama. Kalau ada yang lambat, turut menjaga. Kalau ada yang bermasalah di jalan, langsung berhenti dan mencari tahu ada apa. Yang pasti, dia berusaha agar tidak ada yang tertinggal dan finish bersama-sama.

Baca dulu deh tulisan sebelumnya:
Tour de Sabang-Jakarta 3000K
Bersepeda dari Banda Aceh ke Tapaktuan

Continue reading “Bersepeda dari Tapaktuan ke Tebing Tinggi”

Bersepeda dari Banda Aceh ke Tapak Tuan

Satu hari persiapan dan empat hari perjalanan mendokumentasikan para peserta Tour de Sabang-Jakarta 3000K telah dilewati. Pada saat berangkat dari Bandung, hanya satu orang saja dikenalnya, yaitu Mas Anjar yang juga seorang blogger. Berada di tempat asing selalu menjadi tantangan bagi sosok itu agar dirinya menjadi tidak terasing. Targetnya sederhana, yaitu menciptakan persahabatan dan kebahagiaan di kampung halaman berikutnya. Tidak lagi ada istilah ‘asing’ karena inilah Indonesia. Selama masa itulah dia juga menjadi akrab dengan semua tim: Panitia Inti dari Jakarta, Panitia Lokal, dan tentu saja Peserta Pesepeda dari Jakarta, Malang, Makassar, dan Aceh.

Baca dulu rute pertama:
Tour de Sabang-Jakarta 3000k

Continue reading “Bersepeda dari Banda Aceh ke Tapak Tuan”