Sebuah perjalanan 40 orang selama 20 jam
sejauh 150 km yang menghabiskan 5 liter air
dengan cuaca yang tidak bersahabat,
menembus kabut yang amat tebal dan hujan lebat
Semua berawal dari acara National Geographic Indonesia di Kuningan City (25/1) dimana sosok itu bertemu dengan Pak Didi Kaspi Kasim (Editor In Chief). Dia diberitahu oleh beliau bahwa ada acara Tour de Paris Van Java pada hari Jumat (31/1) yang diadakan oleh Rangers (B2W Tangerang). Dari situlah dia langsung melakukan kontak dengan panitia melalui email dan mendaftar. Sepeda MTB yang kebetulan sudah dibawanya ke Jakarta sengaja ditinggal untuk nantinya dipakai ngaboseh bareng Rangers nanti.
Setelah menghadiri acara di Kementerian Komunikasi dan Informatika siang harinya, Kamis sore (30/1) sosok itu langsung ngaboseh dari Kelapa Gading ke Petamburan. Rencananya sih menginap di daerah Tanah Abang itu agar jarak menuju Radio Dalam lebih dekat. Ini adalah rumah mertua dari adiknya yang aseli betawi. Rumahnya masih dalam bentuk aslinya yang mirip dengan rumah Doel Anak Sekolahan. Adem lah kalau sekadar nongkrong di teras. Nah, pukul lima pagi, dia membawa sepeda MTB menuju sekretariat B2W Indonesia yang berada di Gg. H. Zaenudin, Radio Dalam. Pukul enam tepat dia sampai dan ternyata langsung berangkat tanpa sempat beristirahat. Perjalanan cepat tanpa jeda itu melewati Pondok Indah, Ciputat, dan menuju Parung sebagai titik temu pertama dari beberapa lokasi. Selain dimulai dari Radio Dalam, beberapa rombongan juga dimulai dari Tangerang, dan timur Jakarta.
Pada pukul 7.30 rombongan Radio Dalam bertemu dengan rombongan Tangerang di SPBU Parung. Beberapa teman-teman yang belum sarapan mendatangi pedagang bubur ayam sambil menunggu semua anggota rombongan. Pukul delapan, semua rombongan Tour de Paris Van Java yang berjumlah 40 orang sudah berkumpul dan siap berangkat. Sepeda yang digunakan terbagi dua, yaitu sepeda bertipe bikepacker (roda flat dengan rak pannier di belakang) dan sepeda MTB. Lalu lintas Jakarta–Bogor pagi itu terbilang sepi sehingga laju sepeda bisa dipasang full speed, dan sampai di titik ketemu kedua di Kota Bogor pada pukul 9.30. Beberapa anggota B2W Bogor menyambut kami dan teman-teman yang belum sempat sarapan bisa menyerbu pedagang yang ada.
Sosok itu sendiri tidak sarapan. Memang tidak biasa saja dan perbekalannya hanyalah beberapa potong cokelat dan pisang. Cukuplah itu dijadikan sarapan. Dan yang paling membuat dirinya puas adalah adanya tas baru yang diletakkan tepat di bawah sadel. Tas jenis pannier ini adalah karya dari Kang Bayu yang cocok diletakkan pada jenis sepeda MTB dan untuk menyimpan baju/pakaian atau tools sepeda yang kecil. Jadi bawaan sosok itu tidak terlalu berat. Tas ransel juga dititipkan di mobil pickup untuk memperingan beban. Untuk jarak jauh, memang lebih baik menghindari beban yang terlalu banyak dan berat.
Setelah dipastikan siap, semua rombongan melanjutkan perjalanan menuju Bendungan Katulampa yang dipandu oleh teman-teman B2W Bogor. Kondisi banjir yang mengepung Jakarta membuat mereka semua ingin mengetahui keadaan bendungan tersebut. Bendungan yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada 15 Februari 2012 ini dibangun sebagai alat pemantau tinggi muka air dimana aliran sungai ini akan diteruskan ke Kali Ciliwung di Jakarta. Debit air yang dilihat sosok itu memang lagi besar-besarnya, arus derasnya bahkan membuat jerih. Untuk menuju bendungan ini cukup untuk satu mobil dan akan menemui jalan buntu di kantor petugas bendungan, sedangkan kendaaran beroda dua bisa meneruskan melewati atas bendungan atau atas kali.
Sampai di sini, perjalanan boleh terbilang menyenangkan dan tidak tergolong berat. Tetapi jalan setapak dengan tipe beraspal dan semen sudah mulai terpampang pada perjalanan mereka di daerah Cipeundeuy, Pandan Pasir. Kemudian, beberapa pesepeda juga sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan hingga terpaksa diangkut ke atas mobil evakuasi. Belum turunnya kabut yang amat tebal hingga menghalangi perjalanan sampai ke Cipanas. Setelahnya, turun hujan yang begitu deras. Akhirnya—di tengah malam—lutut sosok itu terasa nyeri. Kandungan glukosamin di antara persendiannya sudah menipis. Sudah waktunya untuk istirahat. Mampukah dia melanjutkan perjalanan sampai ke Bandung? Simak perjalanan berikutnya ya….[]