Pentingnya Mengetahui Rumah Sakit Terdekat

Bandung telah berselimutkan kegelapan. Perjalanan 4-5 jam dari Jakarta ke Bandung sudah pasti melelahkan. Namun saat menjejakkan kaki ke aspal di Terminal Leuwipanjang, perasaan lega langsung menaunginya. Sosok itu merasa bahagia karena sudah kembali ke kota tercinta. Lalu berlanjut naik angkot 05 menuju Buah Batu.

Setelah sampai di perempatan Buah Batu, dia langsung berjalan menyeberangi jalan Soekarno Hatta. Niatnya sih mau langsung naik angkot 22. Di tengah jalan kakinya, sosok itu melihat ada keramaian di dekat putaran balik, tidak jauh dari gedung Yogya Group. Sekilas, dia menyimpulkan bahwa ada kecelakaan lalu lintas.

Continue reading “Pentingnya Mengetahui Rumah Sakit Terdekat”

Umi dan Kisah Persalinan Bin

Keluarga adalah bingkai terindah yang selalu menjaga sisi kehidupan kita. Ia menjaga kita agar tidak terlalu berkecil hati ataupun terlalu bersemangat. Ia selalu menjaga kita agar tetap seimbang, sehingga kita bisa mencari waktu yang tepat kapan berada di puncak atau istirahat di rerumputan yang sejuk.

Hari masih gelap saat Umi mengeluh bahwa perutnya bertambah sakit. Sosok itu agak kebingungan, tetapi tetap sabar demi menenangkan sang istri. “Ya sudah, Abi mau mandi dulu. Setelah azan subuh, kita shalat dan langsung berangkat. Masih kuat kan?” Umi mengangguk.

Continue reading “Umi dan Kisah Persalinan Bin”

DIY: Membuat Masker untuk Mencegah Covid-19

Tulisan ini dibuat berdasarkan cuitan Kang Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, di twitter pada hari Sabtu (21 Maret 2020) pukul 11:08. Beliau adalah kakak kelas (beda dua tahun) sosok itu di ITB, hanya saja berbeda jurusan. Beliau dari Teknik Elektro sedang dia dari Farmasi.

Sekadar info juga, istrinya yang bernama dr. Agnes Tri Harjaningrum pernah menulis buku “Kitchen Table Melody: Oh No Jadi Full Time Mother” yang kebetulan didesain/layout oleh sosok itu saat masih bekerja di Penerbit Syaamil lini Femmeline pada tahun 2006. Ia menulisnya saat masih tinggal di Belanda. dr. Agnes dan suaminya saat ini sudah berada di Indonesia.

Continue reading “DIY: Membuat Masker untuk Mencegah Covid-19”

Asyiknya Punya Rumah di Citra Maja Raya

Siapa sih manusia yang tidak mau punya rumah sendiri? Apalagi kalau yang bersangkutan sudah berkeluarga. Rumah tidak hanya sekadar atau sebagai investasi masa depan dari sisi materi, tetapi rumah adalah investasi masa depan dari sisi pendidikan keluarga. Anak-anak yang tinggal di rumah milik sendiri cenderung lebih bangga jika dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di rumah kontrakan atau tinggal sementara di rumah kakek/neneknya.

Alhamdulillah sosok itu dan keluarga kecilnya sudah memiliki rumah sendiri setelah dua tahun menikah, meski kemudian baru bisa ditempati 8 (delapan) tahun kemudian. Ada banyak faktor: belum layak tinggal karena harus direnovasi dan kesiapan untuk tinggal sendiri. Butuh proses panjang hingga akhirnya berhasil direnovasi, dikontrakkan beberapa tahun, hingga akhirnya bisa ditinggali saat anaknya sudah dua. Si bungsu saat itu baru masuk TK. Suatu kebahagiaan yang paripurna.

Continue reading “Asyiknya Punya Rumah di Citra Maja Raya”

Tips Memilih Tangki Air atau Toren

Memiliki rumah bagi yang baru berkeluarga, adalah puncak tertinggi kebahagiaan. Ada atap yang bisa menaungi, ada kebahagiaan bagi anak-anak bahwa mereka memiliki alamat rumah … sendiri. Tanya saja sendiri. Pun bagi sosok itu. Seperti yang pernah ditulisnya bahwa GBA Barat Sweet Home adalah rumah impian setelah menikah. Dia sendiri tidak pernah menyangka bakal cepat mendapatkan rumah baru, hanya dua tahun setelah menikah. Padahal hitung-hitungan materi didapatnya perbulan tidak mungkin untuk membeli rumah. Okelah cicilannya mungkin bisa, meski sulit, tetapi dari mana bisa dapat DP-nya. Begitulah.

Perlu waktu 3 tahun sejak dirinya membeli rumah baru bisa memulai proses renovasi, dan perlu waktu 10 tahun untuk kemudian keluarga kecilnya bisa menempatinya. Tidak mudah. Prosesnya panjang. Mungkin berbeda dengan orang yang berada: beli rumah, langsung ditempati dengan isinya yang lengkap. Dia sendiri setelah membeli rumah, ngumpulin uang buat renovasi, bertahap. Setelah itu dikontrakkan biar menghasilkan. Saat pindah, isinya tidak lengkap. Menyicil lagi untuk beli lemari, untuk beli tempat tidur, begitu seterusnya. Termasuk dengan keberadaan toren alias tangki air. 15 tahun setelah dirinya punya rumah, belum pernah memiliki toren.

Continue reading “Tips Memilih Tangki Air atau Toren”

Kecerdasan CERDIK Mengeksplor Cerita

Yeay! Ada wajah ceria pada wajah Adik Anin saat keluar dari gerbang sekolah. Wajar, ini hari terakhirnya menjalani UAS I. Selanjutnya adalah masa-masa yang diharapkan dan dinantikan oleh semua anak sekolah, LIBURAN! “Bi, aku PLH salah tiga dan Bahasa Sunda salah satu,” ujarnya girang. “Alhamdulillah, semoga semua mata pelajaran mendapatkan nilai bagus,” ucap sosok itu. “Aku juga yakin kalau matematika cuma salah satu,” teriaknya setelah naik motor. “Yakin?” tanyanya. Adik mengangguk dengan mantap. Ya semoga saja memang demikian. Apalagi tipe Adik itu jarang terlihat belajar, namun memiliki kemampuan audio yang baik saat di sekolah.

Sepanjang perjalanan menuju rumah adalah masa-masa menyenangkan karena Adik berbicara tanpa henti. Sampai di rumah, ia tampak lepas saat melempar tasnya. “Adiiik…,” ujar sosok itu berusaha lembut. Adik tertawa. Dia geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan anaknya yang kadang memang di luar kontrol. Namanya juga anak-anak. “Eh, Abi punya permainan seru! Kebetulan Abi baru install aplikasi CERDIK di hape. Tadi malam kan Abi juga beli nugget,” lanjutnya. “Aku tahu! Aku tahu! Aku juga sudah punya kartunya. Asyiiik jadi punya dua kartu!” teriak Adik masuk ke kamar, biasanya ia memang langsung ganti baju. Taklama, ia sudah asyik bermain CERDIK atau Cerita Digital Interaktif sambil berbaring.

Continue reading “Kecerdasan CERDIK Mengeksplor Cerita”

Sudah Bersyukurkah Kamu Hari Ini?

“Bi, kapan atuh kita lebaran ke Jakarta?”

Entah sosok itu harus menjawab apa atas pertanyaan Adik Anin itu. Sepertinya mudah saja tinggal menjawab, “Insya Allah, Dek. Mudah-mudahan Abi ada rezeki.” Atau jawaban lain yang jauh lebih mudah seperti, “Kemarin kan sudah bertemu dengan semua keluarga di Serang.” Namun itu semua tidak akan memuaskannya. Ya, bagi seorang anak, lebaran itu bukan bermakna hanya sekadar bisa berkumpul dengan keluarga besar. Bukan. Bisa jadi ia lebih berharap akan banyaknya uang lebaran dari pakde, pakle, atau mbah-mbahnya yang memang banyak tinggal di sana. Bisa jadi. Hati anak siapa yang tahu meski orangtua sudah bisa menebak yang (katanya) betul. Wallahu’alam.

Continue reading “Sudah Bersyukurkah Kamu Hari Ini?”

OMRON Nebulizer, Sang Penyelamat

Anak kecil itu asyik bermain kelereng di salah satu lapang yang takjauh dari rumahnya. Satu dua kawannya sudah mulai mundur dan tidak berani lagi meneruskan permainan dengannya. Untuk ukuran anak seusianya, dia terlalu jago. Hampir semua kawan-kawan sebayanya sudah menyerah duluan saat tahu akan berhadapan dengan siapa. Dia tidak kidal, dan semua jari kanannya bisa digunakan sebagai senjata yang ampuh saat bermain kelereng. Tangan kirinya? Jago juga, tapi tidak seperti kehebatan tangan kanannya. Orang yang berani melawannya bermain kelereng hanyalah yang lebih tua dan juga punya kemampuan seimbang. Dengan kehebatannya itu, anak kecil tersebut bisa memiliki kelereng satu kaleng dari hanya 2 kelereng di awal, dalam waktu singkat.

Di sana, anak kecil itu sedang mengincar satu kelereng bercorak planet yang berjarak dua meteran. Tidak mudah, tetapi berdasarkan latihan yang setiap hari dilakukannya, pasti kena. Belum sempat dia melepas tembakannya, satu suara yang khas memanggilnya. Dia menoleh dan menghentikan bidikannya, lalu berdiri. “Gus, kamu pulang dan langsung mandi. Ibu mau melayat. Teman kamu….” Anak kecil itu tidak terlalu jelas mendengar lanjutannya. Dia hanya tahu kawan satu angkatannya di SDN 01 Pagi Tanjung Priok baru saja meninggal. Kawannya itu memang beda kelas tetapi sama-sama duduk di kelas 4. Dan penyebab meninggalnya … sakit asma. Penyakit yang sama diderita Agus. Sebuah penyakit gangguan pernapasan.

Sakit AsmaWaktu berkelebat cepat, bertahun-tahun kemudian, menuju malam yang tidak ada bintang. Agus atau yang kini dikenal dengan sosok itu berusaha menarik napas. Terputus-putus. Susah sekali mengambil napas hanya dengan satu kali tarikan. Dadanya sakit. Perasaan kesal bercampur aduk, ingin menangis tetapi tidak bisa. Dia lelah tapi tidak bisa berbaring. Serba salah. Tidak berapa lama bapaknya datang berlari dari arah luar, “Ayo berangkat! Itu mobilnya sudah ada.” Sosok itu lalu digandeng oleh ibunya meninggalkan rumah. Di luar, beberapa rumah sudah hancur, beberapa belum tapi sudah tidak ada penghuninya. Sebagian warganya memang sudah harus pindah mengingat tempat tersebut harus rata dengan tanah demi perluasan PLTU Tg. Priok. Dia yang baru duduk di kelas 1 SMA akhirnya dibawa oleh mobil kantor menuju RS Koja. Di sana, dia disuntik lalu diberikan nebulizer sampai akhirnya bisa bernapas dengan lega.

Berpuluh tahun kemudian, semua kejadian itu seolah berulang kembali. Seorang anak bersusah payah menarik napas, satu persatu. Begitu susahnya menarik napas panjang agar bisa mendapatkan udara bagi paru-parunya. Sang Belahan Jiwa memeluknya erat sambil terus mengusap-usap punggungnya dengan lembut. Sosok itu terus memacu motornya dengan cepat, sambil berhati-hati agar tidak celaka. Dia tahu benar bagaimana rasanya susah bernapas hanya karena ada saluran yang menyempit di jalur pernapasannya. Dan kini asma itu menurun pada anak keduanya. Cobaan yang berat. Sampai akhirnya mereka bertiga sampai di RS Muhammadiyah Bandung. Mereka masuk UGD dan kemudian, Adik Anin mendapatkan pertolongan pertama dengan cara di-nebulizer. Lambat laun, pernapasannya sudah kembali normal.

OMRON NEBULIZER, TERAPI PERNAPASAN TERBAIK

“Asmanya sudah dari sejak lahir?” tanya petugas kesehatan kepadanya. Sosok itu mengangguk. “Iya, menurun dari saya. Saya pun dari lahir mengidap asma.” Yang bertanya mengangguk. “Kalau Bapak bagaimana? Sering mendapatkan serangan?” Sosok itu tersenyum, “Alhamdulillah sudah jarang. Dalam setahun ini paling cuma sekali. Saya sudah terapi gangguan pernapasan dengan menggunakan obat kontroler. Itu … resep dari dr. Herudian. Selain itu, saya juga mulai rajin berolahraga.” Sang petugas kesehatan mengangguk, “Ya, itu bagus. Tapi kalau buat anak susah. Belum bisa dikontrol.” Sosok itu menanti pernyataan berikutnya. “Ada baiknya sih di rumah ada nebulizer, buat jaga-jaga aja. Kalau mau bagus dan lumayan murah, coba Omron Nebulizer.”

NebulizerSosok itu mengangguk. Hatinya mengiyakan. Dia sudah sering melihat merek Omron di rumah sakit. Nebulizer yang pernah dipakai pun pasti ada nama Omron-nya. Kebetulan yang dipakai Adik Anin malam itu juga bermerek Omron. Dari hasil berselancar di dunia maya, dia jadi tahu bahwa alat itu diproduksi oleh Omron Healthcare Co. yang berpusat di di Kyoto, Jepang. Tidak hanya nebulizer, perusahaan tersebut juga memproduksi beberapa alat kesehatan lainnya seperti digital tensimeter, termometer, atau bahkan alat pijat (massager). Dari banyaknya rumah sakit atau orang yang memakai Omron nebulizer, tampaknya alat tersebut sangat efektif sebagai alat terapi pernapasan terbaik. Ya, Omron nebulizer adalah partner terbaik untuk mempermudah terapi gangguan pernapasan. Namun bagi sosok itu, kendalanya masih di keuangan.

“Ahhh … kapan saya bisa memiliki alat tersebut?” tanya hati sosok itu. Sudah sedari kecil dia begitu akrab dengan alat tersebut, dan karena Omron Nebulizer-lah yang membuat hidupnya masih bertahan hingga kini. Sampai dirinya bisa menikah dan menghasilkan keturunan dua putri yang cantik. Namun penyakit asma juga menurun pada anak keduanya. Anak pertamanya juga punya asma, tapi alhamdulillah menghilang seiring kedewasaan dirinya. Meski di rumah ada alat semprot, itu pun obat kontroler, yang hanya efektif agar penyakitnya tidak kambuh. Kalau sudah kambuh, tentu harus ada nebulizer sebagai pertolongan pertama. “Ya, Allah … semoga saja nanti ada rezeki sehingga bisa membelinya,” bisiknya yakin. Amiiin.[]

Baca juga artikel yang berkaitan atau melihat daftar isi