Umi dan Kisah Persalinan Bin

Keluarga adalah bingkai terindah yang selalu menjaga sisi kehidupan kita. Ia menjaga kita agar tidak terlalu berkecil hati ataupun terlalu bersemangat. Ia selalu menjaga kita agar tetap seimbang, sehingga kita bisa mencari waktu yang tepat kapan berada di puncak atau istirahat di rerumputan yang sejuk.

Hari masih gelap saat Umi mengeluh bahwa perutnya bertambah sakit. Sosok itu agak kebingungan, tetapi tetap sabar demi menenangkan sang istri. “Ya sudah, Abi mau mandi dulu. Setelah azan subuh, kita shalat dan langsung berangkat. Masih kuat kan?” Umi mengangguk.

Setelah proses yang terasa panjang dari mulai jalan kaki, naik angkot, hingga masuk ke ruang bidan, dari hari masih gelap hingga terang, Umi akhirnya sudah bersiap-siap untuk melakukan proses persalinan. Sosok itu memberanikan diri untuk mendampinginya di ruang persalinan, apapun yang terjadi.

Dan benar saja… bahwa proses persalinan itu adalah perjuangan hidup dan mati. Dia juga dimarahi karena apa yang dilakukan dianggap salah oleh Umi. Detik-detik yang amat berharga dan menguras tenaga. Hingga suara ajaib terdengar melengking. Bayi Bin menangis saat keluar dari rahim.

Bin dilahirkan secara normal di RS Muhammadiyah Bandung pada hari Sabtu, 10 Januari 2004, sekira pukul 10 pagi. Prosesnya dibantu oleh bidan. Sosok itu mengazankan di telinga kanan sang bayi dan iqamah di telinga kirinya sesaat ia keluar. Bayi Bin kemudian dibersihkan dan diletakkan pada dada Umi.

Itu katanya adalah metode Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Sang bayi dan umminya diberikan kesempatan untuk segera berinteraksi setelah proses kelahiran. Bayi Bin terlihat mencari sendiri puting bundanya. Sebuah proses perkenalan sebelum menyusui yang sebenarnya.

Pada proses IMD itu, dada sang ummi bekerja laksana inkubator, yaitu memiliki suhu yang lebih hangat dari suhu luar dan bisa menyesuaikan diri dengan suhu yang dibutuhkan bayi. Jika suhu dada ummi terlalu dingin untuk bayi, suhu dadanya akan naik. Demikian pula sebaliknya.

Katanya lagi pada proses tersebut, stres pada bayi karena dikeluarkan dari rahim akan segera turun 50 persen. Kemudian setelah proses menyusui terjadi, kekebalan bayi juga meningkat 50 persen. Bagi sang ummi, tingkat stresnya ikut-ikutan menurun hingga 70 persen. Subhanallah wallahuakbar.

Kesehatan bagi seorang ibu begitu kompleks, yaitu meliputi persiapan kehamilan, masa kehamilan, proses melahirkan, hingga masa menyusui. Semua masa itu penting dan tidak boleh diabaikan. Sosok itu dan Umi mengalami sendiri bagaimana saat persiapan dan masa kehamilan yang tidak dijaga, terjadilah keguguran.

Sedih yang amat sangat, dan itu terjadi saat lebaran 2003. Skip. Masa persalinan sudah terlewati dan setelahnya adalah menjaga benar masa menyusuinya. Perlu diketahui jika selama di dalam rahim sang bayi dilindungi oleh ari-ari, di luar rahim fungsi tameng ari-ari itu digantikan oleh ASI (Air Susu Ibu).

ASI melindungi bayi dari gangguan usus dan pencernaan, serta memperkecil kemungkinan keluhan alergi. Antibodi yang meningkat 50 persen di atas karena adanya kolostrum di dalam ASI. Dari penelitian yang dilakukan pada 1993 juga mengungkapkan bahwa ASI meningkatkan IQ.

Keluarga Ummi Bindya

Umi adalah sosok wanita karir. Setiap hari, ia harus bekerja pada bagian Radiologi di RS Muhammadiyah Bandung. Oleh karena itulah tidak sampai sebulan setelah melahirkan Bin, ia harus kembali bekerja. Fungsi sosok itu untuk mendukung program ASI ekslusif pun mulai ditantang.

Alhamdulillah dia sedang tidak bekerja di kantor melainkan masih berkelana sebagai tenaga freelance, baik sebagai penulis, editor, maupun desainer grafis. Program ASI eksklusif pun mulai bergulir. Umi tidak boleh gelisah dan pikirannya harus tenang. Jika tidak, ASI bisa jadi tidak keluar.

Sosok itu mulai membantu beberapa pekerjaannya di rumah, seperti menjaga kebersihan rumah dan menjadi Kurir ASI. Ya, kurir untuk menjemput dan mengantarkan ASI karena Umi sudah harus bekerja di kantornya. ASI dipompa ke dalam botol saat di kantor, kemudian dia menjemputnya.

ASI sebaiknya langsung diserahkan pada sang bayi sampai habis karena hanya bertahan 6-8 jam. Kalau tidak habis, botol bisa disimpan di kulkas maksimal 24-36 jam. Kalau mau digunakan kembali, botol dikucurin air yang hangat, bukan dengan memasaknya. Begitu seterusnya selama 4 bulan.

Ya, Bin hanya bisa diberikan ASI eksklusif selama empat bulan saja. Meski target enam bulan tidak tercapai, tetapi itulah hasil maksimal yang sudah sosok itu dan Umi usahakan. Apa yang telah dilakukannya itu kini sudah mulai berbuah. Bin tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sehat. Amin.[]

Tulisan ini juga dimuat di Kompasiana ya ^_^

Oya, cerita tentang Kakak Bin juga bisa dibaca pada tulisan di bawah ini:

8 thoughts on “Umi dan Kisah Persalinan Bin

  1. waa aku belum ngalamin nih bang pengalaman kaya ginii hihihi, semoga umi dan sekeluarga selalu diberikan kesehatan dan keselamatan yaa Bang ihihihi

  2. Beruntungnya bang aswi punya istri yg tahu pentingnya iMD dan asi sedari dini. Kelak anak2 tumbuh cerdas kayak bang aswi dan uminya.

  3. Perjuangan menjadi seorang wanita itu luar biasa, membaca kisah umi pun mengingatkanku kejadian persalinan.
    Selalu salut sama mereka wahai wanita, mulai dari hamil, persalinan, menyusui , mengurus anak dan membantu keluarga mengais rezeki, semoga selalu dikuatkan dalam menjalani hidup .
    Semangat Umii,

  4. Semoga sellau dikasih kekuatan dan kesehatan ya Umi yang bekerja dan juga banyak berperan dalam menghadirkan manusia baru, dari hamil melahirkan menyusui hingga tetap bekerja. Semangat Umi :’)

  5. sosok itu ayah yg tanggap yaaa. sampai mau jd kurir ASI. salut. gak semua ayah punya kesadaran demikian loh. bersyukur bs ASI eksklusif yaaa… Umi hebat!

  6. Baca ini mengingatkanku saat melahirkan di bidan, emang perjuangan seorang ibu itu luar biasa, sehat terus ya bang Aswi dan keluarga

Leave a comment