Menjahit (Kembali) Merah Putih Ala Blogger Bandung

Senin, 11 Desember 2017 | Tidak ada angin kencang atau hujan badai. Siang menjelang sore itu tampak normal saja, dia hanya perlu mempercepat motornya melaju dari RS Muhammadiyah menuju ke daerah Cihampelas. Setelah menjemput #SangBelahanJiwa yang baru beres dinas, tentu dirinya tidak ingin terlambat sampai di tempat. Khawatir tenaganya diperlukan di sana. Perjalanan yang panjang dan tidak terlalu macet. Melewati jalan Laswi, Riau, Bengawan, hingga akhirnya menembus ke Cilaki melewati samping Kantor Pos di Gedung Sate. Dan di sanalah kejadian itu terjadi, seorang polisi menghentikannya tepat sebelum melewati Gasibu. Asli, baru kali ini terjadi pada dirinya setelah memiliki SIM C lebih dari 10 tahun.

Sosok itu seperti biasa tidak terlalu panik, biasa saja, karena memang merasa tidak bersalah dan surat-surat pun lengkap. Dia meminggirkan motornya lalu menjawab beberapa pertanyaan standar. Ternyata masalahnya ada di lampu utama yang mati beberapa hari ini, tetapi lampu sampingnya masih menyala sehingga dia beranggapan tidak apa-apa sebelum siap masuk bengkel. Sang polisi memaklumi, tetapi tampak sekali kalau ia tidak puas sehingga meminta sosok itu untuk masuk ke dalam posnya. Baiklah. “Jadi … Bapak saya tilang dan nanti harus menjalani sidang di pengadilan. Apakah Bapak punya waktu?” Pertanyaan yang biasa tetapi dengan bahasa tubuh yang tidak biasa. Dia melirik ke samping, di sana seseorang yang juga kena tilang mengeluarkan uang. Ini gak bener, bisik hatinya. Dia tidak suka dengan penyuapan.

“Maaf, Pak. Saat ini saya gak punya waktu lagi. Saya buru-buru ke Cihampelas karena sudah ada janji dengan Ketua MPR,” tegas sosok itu mengeluarkan jurusnya. Sang polisi tampak terkejut, “Bapak memang kerjanya apa?” Dia tersenyum dalam hati karena pancingannya berhasil. “Saya jurnalis, Pak. Biasa nulis di koran nasional, Jawa Barat, dan kadang-kadang di majalah. Akan tetapi saya lebih banyak nulis di media online. Saya sudah sering membantu beberapa kementerian.” Skak mat! Sang polisi menarik napas panjang. Ia pun membereskan STNK dan SIM milik sosok itu. “Baiklah. Saya hanya memberi peringatan agar Bapak lain kali harus memperhatikan motornya. Segeralah ke bengkel agar lampu utamanya diperbaiki.” Dia menerima kembali semua surat-surat itu. “Hatur nuhun, Pak.”

Tidak ada rasa kemenangan setelahnya. Dia hanya puas saja bahwa dirinya terbebas dari kasus penyuapan. Padahal kalau memang mau ditilang beneran, dia sudah siap. Sosok itu kemudian menyalakan kembali motornya dan melaju bersama Sang Belahan Jiwa menembus lalu lintas Gasibu lalu naik ke jembatan Pasupati, hingga masuk ke Cipaganti dan akhirnya sampai di Hotel Aston Tropicana Cihampelas. Ya, sore itu dia memang berencana berdiskusi dengan Dr. (HC) Zulkifli Hasan, SE, MM (Ketua MPR) yang biasa dipanggil Kang ZulHas. Tidak sendirian karena akan ada 50 #BloggerBDG dan 10 wartawan dari media online. Sebuah acara yang digagas oleh MPR karena keinginan beliau ingin bersua dengan para netizen Bandung. Sebuah apresiasi yang patut dihargai.

MPR Netizen Gathering di Bandung
Kebhinekaan di Mata Blogger

CURHAT BLOGGER BANDUNG KEPADA ZUL HASAN

Sosok itu akhirnya bisa bertemu dengan Teh Rosi, orang dalam yang sering berhubungan dengan para blogger. Ia selalu exciting dan happy kalau bertemu. Semangatnya luar biasa. Ia bahagia sekali karena acara MPR beberapa bulan sebelumnya di kota Bandung diapresiasi dengan baik dan dianggap yang terbaik dari beberapa kota yang disambangi. Alhamdulillah. Setelah itu, dia bertemu dengan beberapa blogger yang begitu rajin memenuhi undangan dan rajin menulis di blognya. Inilah keprofesionalan mereka yang juga patut diapresiasi. Sebelum dimulai, dia shalat Ashar terlebih dahulu agar hati menjadi lebih tenang lagi.

Pukul 16:10 acara dimulai saat Kang ZulHas datang. Tampaknya ini memang acara beliau saja, tidak ada acara lain yang disiapkan. Di depan, beliau didampingi oleh Ma’aruf Cahyono (Sekjen MPR RI) yang sebelumnya pernah bersua di Hotel Novotel. Yang jelas, acara Gathering Netizen MPR ini dikemas sedikit berbeda. Semua yang hadir kemudian berdiri dan langsung menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang dipimpin oleh Teh Ima. Sebuah kehormatan karena anggota BloggerBDG kembali dipercaya. Beres menyanyi tanpa diiringi lagu MP3, tanpa dinyana Kang ZulHas langsung mempersilakan para netizen Bandung untuk mengeluarkan uneg-unegnya tentang apa saja. Ini bukan acara biasa, bisik hati sosok itu, karena biasanya kalau acara para pejabat cenderung protokoler. Terlalu banyak sambutan.

Foto oleh Parmadi Budiprasetyo

Hingga akhirnya total ada 10 orang yang langsung bertanya sekaligus, termasuk dirinya. Semua pertanyaan itu selesai pada pukul 16:35 dengan bahan pertanyaan yang beragam, mulai dari gas, penilangan, pajak penulis, sampah, pelajaran PMP yang hilang, hingga kasus Ust. Abdul Somad di Bali. Tampaknya banyak sekali yang dibahas hehehe. Memang … MPR berfungsi sebagai rumah rakyat, yang menampung aspirasi rakyat. Kerja MPR tentu tidak sederhana, sehingga mereka pun membentuk Badan Sosialisasi, Badan Pengkajian, dan Badan Penganggaran. Sebagai penyeimbang dibentuk juga Lembaga Pengkajian MPR yang berfungsi layaknya pendamping. Sosok itu sendiri sesuai dengan prolognya di atas, bercerita soal penilangan dirinya dan ternyata disambut meriah oleh Kang ZulHas dan kawan-kawan blogger.

Oiya, dia memantau bahwa Teh Nia K. Haryanto sampai menulis juga pada twitnya, “Bang Aswi curhat soal pajak. Khususnya Pajak Penulis. Beliau minta bantuan soal ini. Duh, aku banget ini. Males nulis buku gegara pajak yang gede. Pdhl royaltinya se eheeeemm…” Lalu disambut oleh twit Teh Inong Ina, “Tapi sesungguhnya Bang Aswi menghimbau spy MPR ikut turun tangan mengenai masalah pajak utk penulis.” Sedangkan Teh Retno menambahkan ttg plagiat, pembajakan, dan juga pajak penulis. Ini nih yang bikin gereget.” Nah, semua curhatan itu ditampung karena MPR tugasnya mengawal konstitusi. Semua aspirasi yang muncul di acara ngobrol bareng ini pasti disampaikan pada pemerintah. Kang ZulHas setuju tentang pajak penulis dan di Komisi X DPR sedang diperjuangkan pajak penulis, termasuk penulis lagu. Katanya, “Mana bisa negara maju kalau tidak ada penghargaan untuk orang yang berkarya?” Ditanya soal plagiat, beliau hanya menjawab pendek, “Plagiat itu rampok!”

Itulah yang disampaikan oleh Kang ZulHas saat menjawab semua pertanyaan itu. Bahasanya langsung to the point. Enakeun, lah. Tentang gas, beliau mengatakan bahwa MPR sebagai perwakilan rakyat sudah secara berkala berkomunikasi dengan pemerintah, karena ‘gas adalah hak asasi untuk masyarakat’. Akan tetapi kalau tentang sampah ia menggelengkan kepala, dan balik bertanya, “Sampah itu masalah siapa sih?” Masalah sampah jangan melulu ditujukan pada pemkot melalui Dinas Kebersihan, tetapi ini adalah masalah bersama. Tantangan nasionalisme sekarang itu dimulai dari diri sendiri, yaitu bagaimana mengatasi banyak permasalahan rakyat. Keberhasilan yang hakiki itu adalah kesadaran tinggi warga negara. Jika permasalahannya ada di tingkat pemimpin/pejabat maka warga harus mengevaluasi layakkah yang bersangkutan dipilih kembali?

MENJAHIT (KEMBALI) MERAH PUTIH

Kang ZulHas mengambil contoh negara Skandinavia, yang merupakan negara maju dengan masyarakatnya yang dikenal memiliki martabat tinggi dan terhormat sehingga mewujud pada perilaku kehidupan sehari-hari. Pernah ada hape takbertuan yang tergeletak di jalan. Beberapa jam berlalu dan tidak ada seorang pun yang mau mengambilnya. Mereka tidak mau mengambilnya dan merasa tidak bahagia kalau harus mengambilnya karena sadar kalau hape itu bukan miliknya. Kalaupun kemudian ada yang mengambilnya, hape itu akan segera dibawa ke kantor polisi untuk dilaporkan. Selanjutnya akan dilacak siapa pemilik hape tersebut. Amat berbeda sekali dengan kebanyakan masyarakat Indonesia.

Sang Belahan Jiwa pernah mengalami sendiri saat naik motor. Kakak Bibin yang sedang diboncengnya tidak sengaja menjatuhkan hapenya. Setelah sadar lebih dari seratus meter, motor berhenti. Saat hendak kembali, Kakak melihat seseorang bermotor mengambil hape itu dan langsung pergi begitu saja. Saat dikejar, malah menghilang dengan kecepatan tinggi. Duh! Ditambah lagi dengan oknum polisi yang merazia kendaraan dan meminta uang langsung di tempat yang dialami oleh sosok itu di atas. Padahal … menurut Kang ZulHas, keberhasilan suatu negara itu tergantung pada warganya sendiri. Sebagai warga negara, harusnya jauh lebih kritis dan kalau menyuarakan aspirasi sebaiknya secara positif, bukan saling menghujat.

Rakyat sebaiknya ikut bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terjadi di legislatif karena rakyat sudah memilih wakil rakyat. Dengan budaya rakyat di tingkat bawah yang seperti diceritakan di atas, maka Skandinavia tidak memiliki badan seperti KPK karena memang tidak ada korupsi. Untuk menjembatani hal-hal di atas, sudah selayaknya netizen berbaris bersama menjahit kembali merah putih yang sudah koyak di sana-sini. “Sebagai netizen, ayo kita jadikan dunia internet itu produktif. Jangan cerca-cercaan mulu,” kata Kang ZulHas. Netizen diharapkan tidak menginformasikan berita-berita hoax dan selalu memberikan informasi yang positif. Netizen diharapkan bisa membantu mengubah peradaban.

Mau berkeluh-kesah tentang fasilitas publik? Der ah kalau yang tinggal di Bandung, mending bergerak bersama dan cari solusi apa yang bisa dikerjakan untuk menjaga dan merawatnya. Fasilitas publik itu harusnya dirawat dan dijaga oleh masyarakat kotanya. Masyarakat itu mempunyai peran yang sangat vital guna majunya negara indonesia. Anak-anak muda harus memiliki 3 (tiga) poin untuk maju dan menjadi warga Indonesia yang baik, yaitu Mengerti asalnya, Mengerti negerinya, dan Memiliki ilmu. Punya ilmu juga harus diimbangi dengan sikap cekatan dan punya jaringan. Intinya mah jangan berantem melulu apalagi di dunia maya. Luna Maya saja masa bodoh. Ingat lho, netizen itu memiliki peran penting dalam membuat suasana media sosial (medsos) menjadi lebih sejuk. Kang ZulHas berharap, provokasi di medsos yang menimbulkan kebencian perpecahan itu musnah. “Kita harus melawan hal-hal yang dapat memecah belah persatuan Indonesia. Dengan konten-konten positif, dapat mengedukasi pengguna internet lainnya.”

Sepakat pake banget, Kang![]

3 thoughts on “Menjahit (Kembali) Merah Putih Ala Blogger Bandung

  1. fasilitas publik di bandung udah mayan bagus, bang, tinggal menjaganya aja biar ga cepet rusak, hehe. seru ya event diskusi dengan pemerintah gini, jadi bisa menyalurkan aspirasi dan uneg-uneg yang selama ini terpendam. 😀

    >> Ya, menjaganya itu yang sulit. Semoga warga Bandung bisa … amin.
    Iya, diskusi ini harus sering2 dilaksanakan agar ada timbal balik yang seimbang

  2. Mudah2an MPR sering ngadain kegiatan seperti ini bareng blogger ya biar kita bisa sering-sering curhat dengan Bang Zul 🙂

    >> Amiiin….

Leave a comment