“Sementara itoe pesawat oedara Inggeris moendar-mandir antara Djakarta dan Bandoeng mengirimkan balabantoean jang besar-besaran. Para evacuees diangkoetnja dari Bandoeng ke Djakarta, dan dari Djakarta diangkoetnya tentara sebanjak-banjaknja. Konvoi-konvoi Inggeris/Belanda datang bertoeroet-toeroet ke Bandoeng oentoek persiapan besar-besaran, goena mempertegakkan imperialis Belanda kembali. Plan Belanda dengan bantoean Inggeris hendak mengoeasai seloeroeh Djawa Barat paling lambat dalam boelan Djanuari 1946 dan kemoedian akan mengoeasai seloeroeh Djawa dalam boelan-boelan berikoetnja.” ~ Samaoen Bakry
Caesalpinia pulcherrima adalah tanaman berbunga yang masuk ke dalam keluarga Fabaceae. Aslinya berasal dari Amerika Selatan dan memiliki banyak nama seperti poinciana, peacock flower, red bird of paradise, mexican bird of paradise, dwarf poinciana, pride of Barbados, dan flamboyan-de-jardin. Di kepulauan Karibia, tepatnya di Barbados, red bird of paradise menjadi bunga nasional dan menjadi bagian dari bendera kebangsaan.
Di Indonesia, kita mengenalnya dengan nama kembang merak, merak-merakan, bunga kacang (buah polong yang pipih ini dapat dimakan), patramenggala, merak ngigel, kembang abang, dan patrakomala. Patrakomala adalah nama khas di Bandung dan juga menjadi bunga khas kota Bandung. Tanaman ini banyak tumbuh di Paris van Java sebagai tanaman pinggir jalan dan tanaman hias.
Khasiat patrakomala (dikenal dengan nama obat ayoowiri di belantara Amazon) pun banyak: jus dari daunnya bisa untuk demam atau perut kembung, jus dari bunganya untuk luka pada tenggorokan dan kulit atau haid tidak lancar, bijinya untuk batuk parah, kesulitan bernafas, dan sakit dada. Namun hati-hati bagi wanita hamil karena bisa mengakibatkan keguguran.
Atas dasar itulah Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung (Bandung Heritage) bekerja sama dengan American Express (AMEX) Bank Foundation mendirikan stilasi yang berhiaskan bunga patrakomala di 10 (sepuluh) titik yang tersebar di kota Bandung pada 1997. Kesepuluh stilasi yang biasa disebut ‘Bandung Lautan Api Heritage Trail’ ini menunjukkan jejak-jejak perjuangan warga Bandung pada peristiwa Bandung Lautan Api (BLA), 24 Maret 1946. Pada saat itu, 200.000 penduduk membakar rumah dengan tujuan agar kota Bandung tidak dikuasai pasukan sekutu dan meninggalkan kota Bandung, mengungsi menuju daerah selatan.
Stilasi bisa disebut sebagai monumen mini. Istilah stilasi sendiri merupakan bagian dari konsep seni gambar yang meniru objek sebenarnya (dalam hal ini bunga patrakomala). Dan bagi sosok itu, stilasi mengingatkannya pada akronim seni instalasi. Stilasi BLA memiliki konsep bentuk dan bangun dasar berupa prisma segitiga, vertikal di atas silinder pipih dan geometrik yang memperlihatkan kesederhanaan dengan ketinggian 1,5 meter. Ketiga sisi prisma terdapat plat yang berisi pembuat stilasi (yaitu Bandung Heritage dan AMEX Bank Foundation), teks lagu “Halo-Halo Bandung”, dan peta perjuangan BLA dari utara ke selatan. Di bawah peta tertulis peristiwa yang terjadi di tempat yang bersangkutan.
Menurut Soenaryo, seniman yang membuat stilasi BLA, filosofinya adalah jangan sampai sebuah tugu jauh dari masyarakat sekitarnya. Bentuknya yang semacam tonggak atau pilar diharapkan bisa menjadi tonggak sejarah atau pilar sejarah. Soenaryo pun berharap bahwa stilasi BLA ini adalah eksistensi sebuah tanda peringatan, ibarat sebuah pintu masuk menuju ruang kesejarahan, sehingga patut dirawat dan dipelihara agar benda ini lestari. Akan tetapi, patut disayangkan karena stilasi-stilasi itu kini takterawat dengan beberapa plat dan bunga patrakomala yang hilang.
Minggu kemarin (10/4), sosok itu beruntung menyusuri jejak kesepuluh stilasi dengan bersepeda dalam acara ‘Ulin di Bandung’ bersama Lawang Buku Beranda. Ada sembilan pesepeda yang meramaikan acara ini, termasuk Emak Uwie si tukang ngajak dan Linda/Ling-ling yang menjadi pemandunya. Rute yang ditempuh adalah selalu berputar-putar menikmati kota Bandung dimulai dari Balaikota sampai berkumpul dengan rombongan pejalan kaki di Monumen BLA, Tegallega.
Kesepuluh stilasi yang dimaksud adalah: (1) Kantor berita Domei (sekarang BTPN) sebagai tempat pembacaan teks proklamasi pertama kali oleh orang Bandung yang berlokasi di pertemuan Jl. Ir. H. Djuanda dan Jl. Sultan Agung; (2) Gedung Denis (sekarang Bank BJB) di perempatan Jl. Braga, dimana terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda oleh M.E. Karmas dan Moeljono; (3) Markas Resimen 8 atau gedung NILMIJ (sekarang gedung Asuransi Jiwasraya) yang berlokasi di Jl. Asia Afrika depan alun-alun; (4) Rumah di Jl. Simpang (stilasi ada di Jl. Ciguriang) sebagai tempat perumusan BLA; (5) Sekolah Kautamaan Istri (sekarang SD Dewi Sartika) di Jl. Kautamaan Istri yang dijadikan dapur umum.
(6) Regentsweg yang menjadi rumah dan markas Kolonel A.H. Nasution (sekarang jadi pabrik di sebelah Hotel Dewi Sartika) di Jl. Dewi Sartika ; (7) Pertigaan Jl. Lengkong Dalam dan Jl. Lengkong Tengah yang menjadi pemukiman Indo-Belanda dibom oleh pesawat Thunderbolt; (8) Jembatan Baru (Jembar) yang menjadi garis pertahanan pertempuran Lengkong; (9) Sekolah Rakjat (sekarang SD Asmi) di Jl. Asmi yang menjadi markas pemuda pejuang dan rumah sakit sementara; dan (10) Gedung NIROM (sekarang gereja) di Jl. Moh. Toha yang dijadikan penyebaran proklamasi ke seluruh Indonesia dan dunia.[]
NB: Ada dua versi tentang istilah BLA itu sendiri. Versi pertama adalah omongan salah seorang jenderal yang ingin membobol terowongan Rajamandala agar menjadi Bandung lautan air tapi terpeleset jadi Bandung lautan api. Versi kedua adalah judul berita seorang wartawan, Atje Bastaman, di surat kabar Soeara Merdeka yang waktu itu melihat pemandangan kota Bandung yang penuh api dari pegunungan di Garut.
patra komala itu nama bunga yak hehhe
>> dhila : Baru tahu ya? ^_^
memang penting sekali mengingatkan kita semua khususnya generasi muda tentang sejarah bangsa ini….. wah nama bunganya keren patrakomala…… saya baru thu bang nama itu…….:)
>> Arief : Di Bandung bahkan sudah ada Jl. Patrakomala ^_^
owh nama bunga toh, tak kira apa.. 😀
letaknya di Bandung ya?
bolak balik baca, takut ada yang kelewatan, termasuk kesepuluh tempat di gambar itu.
Luar biasa bang, pasti makin semangat
kunjungan pertama bersama trip on indonesia. mampir yuk! ☺
Sejarah… Hmmmm
>> aydachubby : Hihihihihihi … tuh kan, banyak yang belum tahu.
>> jumialely : Memang luar biasa, apalagi kalau tahu sejarah di balik itu semua, Jeng.
>> moonlite : Oke deh, makasih ya sudah mampir ^_^
>> Fahrie : Ya….
wah info baru tentang stilasi,sekarang taunya di mana2 mall tempat sejarah jadi kita lupakan
>> dwi : Iya, itulah pentingnya belajar sejarah masa lalu….
baru tahu tanaman itu buat obat. padahal sering dipotongin di depn rumah.
>> guru : Banyak tanaman hias di pinggir jalan bermanfaat sebagai obat ^_^
Kami dari Sekolah Alam, Insya Allah tgl 16 Agustus terdiri dari 89 siswa SD SMP, dan 20 Guru, akan menapak tilas Stilasi Bandung Lautan Api, Pada siang hari sambil berpuasa, Mohon dukungannya dari Semua !!!!!!!!