Pengingat Hidup Berkeluarga

Dan ketika sang kekasih meninggalkan sosok itu malam tadi ke Cilacap, ada desir yang merindu. Meski hanya 1-2 hari, kepergiannya membuat raga dan jiwa ini meluruh. Pada saat tengah mengerjakan tugas tanpa ditemani siapa pun kecuali suara lucu Cleopatra Stratan, sosok itu menemukan sebentuk notes milik sang kekasih. Sebuah catatan dari para sahabatnya menjelang kami menikah. Secarik catatan yang mengingatkan sosok itu kembali makna pernikahan yang sesungguhnya.

Bahagia, itulah kira-kira gambaran perasaan yang ada di hati kami ketika sahabat ukhti ini akan menyempurnakan separuh diennya.

Umi, makasih selama ini telah mau bergabung dengan kami di organisasi ini dan mau menjadi teman, sahabat, dan kakak. Eit, doakan juga kami ini agar menyegerakan untuk melaksanakan niat suci itu. Yah, menggapai cinta hakiki Ilahi. Kami atau siapa pun kita akan berusaha untuk menjadi istri tatkala dipandang menjadi penyejuk hati, tatkala suami berjuang menjadi pemotivasi dan pendoa bagi pendampingnya.

Semoga dijadikan keluarga SAKINAH, MAWAHDAH, WAROHMAH

Selamat berjuang sahabatku untuk selalu berusaha berjuang menjadi MUJAHIDAH SEJATI. Insya Allah yang akan menghantarkan kita menjadi BIDADARI dan BIDADARA di surga kelak. Tentunya ketika kita di dunia ini tatkala berusaha seoptimal mungkin Allah akan memandang kita dengan tatapan penuh rahmat.

Untuk Bang Aswi:
“Selamat, Abang telah mendapatkan pendamping yang insya Allah hanif/ukhti sholehah, pantang menyerah, pantang mengeluh (pokoke tekad kehormatan) and we’re proud to be her friend.”

Bismillah, semoga pernikahan kami terus diberkahi. Kami berdua pun terus berusaha memperbaiki yang salah dan meningkatkan apa yang telah benar. Doakan kami terus, sahabat-sahabat terbaik….