Sejuta Pelangi untuk Anak Indonesia

Thank you for everything, untuk semua kasih sayangmu
tidak pernah lelah menjaga aku dan mamiku
My Daddy my hero, you’ll always in my heart
terima kasih aku akan jadi superstarmu

Siang itu tidak terlalu panas, angin berhembus agak kencang. Awan-awan putih berarak dengan rapi, memancarkan keindahan dengan latar sang langit yang berwarna biru terang. Sosok itu sebenarnya tidak terlalu sehat sebenarnya, tetapi demi rasa bahagianya bakal bertemu dengan anak-anak berbakat di Rabbit Town, dia pun memaksakan diri berangkat. Perjalanan yang jauh, dari Ciganitri ke Ciumbuleuit. Dari Bandung Selatan ke arah Bandung Utara. Lalu lintas yang padat harus ditembus, begitulah. Meski sebenarnya dia juga penasaran dengan tempat yang lagi ‘happening‘ di Bandung, Rabbit Town. Entah seperti apa tempatnya, katanya sih banyak tempat yang ‘instagrammable‘, istilah anak-anak zaman now. Ada-ada saja.

Sampai di pintu gerbang, sosok itu menunggu sejenak kawan-kawan #BloggerBDG yang juga bakal hadir. Asli, suasana di Rabbit Town saat itu lumayan padat. Mobil yang keluar masuk serba berebutan, mencari celah dan tempat. Ada sih parkiran di basement tetapi tampaknya tidak menjadi favorit, beberapa lebih memilih di halaman depan (kalau bisa), sisanya terpaksa parkir di luar, di pinggir jalan. Dia sendiri sudah merasa aman memarkirkan motornya di atas gundukan tanah yang seharusnya jadi trotoar. Untuk masalah perparkiran ini, sudah selayaknya jadi perhatian pihak tuan rumah. Nah, setelah bertemu Mas Ali, Nchie, Erry, dan Efi, mereka semua langsung masuk lewat pintu belakang. Kalau lewat depan namanya pengunjung, kalau lewat pintu belakang namanya penyusup hehehe. Meski begitu petugas keamanan malah mempersilakan masuk dengan wajah sumringah. Dikiranya rombongan sirkus kali, ya.

Banner_003

Dua anak perempuan naik ke atas panggung kecil. Mereka berpakaian layaknya superhero, yang satu menjadi Wonder Woman dan satunya lagi menjadi Batgirl. Satu anak lelaki berada di tengah mereka, kostumnya menunjukkan bahwa ia menjadi Ironman. Lucu dan menggemaskan, apalagi saat membuka suara untuk memperkenalkan diri. Mereka bertiga adalah Superkids yang masih duduk di bangku sekolah dasar, lalu menyanyikan lagu “My Daddy My Hero” yang sebagian liriknya sudah dituliskan di atas. Liriknya bagus karena menceritakan kasih sayang dan kebanggaan seorang anak pada ayahnya. Musiknya pun bernada ceria, dan sosok itu tiba-tiba saja teringat dengan salah satu lagu dari Project Pop.

Setelah itu ada gadis kecil bergaun dan bersepatu boot merah. Menggemaskan. Jihan yang belum masuk SD berjingkrak-jingkrak di atas panggung menyanyikan lagu “Ucu-ucu”. Temanya sederhana, tentang seorang anak yang hobi bernyanyi dan menari. Papa, mama, kakek, dan neneknya mengatakan kalau anak itu begitu lucu. Namun karena lidahnya masih cadel, kata ‘lucu’ jadi berganti menjadi ‘ucu’. Musiknya begitu gembira, mengingatkan sosok itu akan lagu anak tempo dulu, yaitu “Bolo-bolo”. Ahhh … tiba-tiba saja dia menjadi kangen dengan masa kecilnya. Begitu banyak lagu anak yang bisa diserap baik dari radio maupun televisi. Di sekolah atau di rumah, lagu-lagu anak juga diperdengarkan oleh Almarhumah Ibu. Balonku, Naik Kereta Api, Naik Delman, Lihat Kebunku, Pelangi, Bintang Kecil, dan lain sebagainya. Begitu kaya.

Sejuta Pelangi Indonesia

Namun kini, seolah lagu-lagu anak menjadi barang langka. Beberapa kompetisi menyanyi yang katanya ditujukan buat anak-anak ternyata terus saja menyajikan lagu-lagu orang dewasa dan bertema percintaan. Enno Lerian mengaku prihatin dengan fenomena saat ini. Ia merasakan perbedaan dibanding zamannya berkiprah dahulu. “Tayangan edukasi tentang anak-anak bisa dibilang jarang, walaupun ada, tapi tidak sebanyak zaman dulu. Jadi memang enggak bisa dipungkiri, teknologi makin canggih dan anak-anak mau enggak mau jadi ngikutin teknologi,” katanya. Chicha Koeswoyo juga menyesalkan dengan keadaan ini. Padahal menurutnya, pesan dalam lirik-lirik lagu anak-anak, seperti ajakan untuk mandi, menggosok gigi, atau ajakan makan sayur, merupakan medium yang sangat efektif untuk menstimulus anak-anak agar mereka bisa dengan senang hati melakukannya.

Kenal kan dengan dua nama di paragraf atas? Ya, mereka adalah mantan penyanyi cilik yang pernah berjaya di era sebelum gadget berkembang pesat. Pendapat mereka berdua didapatkan dari artikel Viva. Chicha mengakui jika seiring dengan perubahan zaman, pembuatan lagu-lagu anak tentunya juga membutuhkan formulasi yang tepat, sehingga bisa terdengar lebih inovatif di era saat ini. Pemerintah harus mengambil peran cukup signifikan, karena budaya lagu anak-anak yang semakin tergerus oleh berbagai platform media sudah cukup mengkhawatirkan. “Harapannya, dengan semakin banyak pihak yang peduli akan lagu anak-anak di Indonesia, pemerintah bisa mengambil peran yang signifikan untuk ikut berupaya mengembalikan budaya tersebut,” katanya.

Banner_004

Setuju. Atas dasar itulah Cakra Dewa menggagas proyek album Sejuta Pelangi Indonesia. Album yang diproduksi Studio 8 Bandung itu berisi tujuh tembang yang dibawakan oleh para penyanyi berusia 5 sampai 13 tahun. Idenya sendiri, katanya bermula dari proyek album Duta Cinta karya Titiek Puspa. Perbedaannya, Cakra menampilkan lagu anak-anak dengan tema beragam. “Lewat album ini saya ingin anak-anak Indonesia punya lagu yang sesuai usia mereka seperti pada era 1990-an,” katanya. Ia mencari penyanyi cilik berbakat lewat audisi privat, ke sanggar, dan mendatangi sejumlah lomba lagu anak. Dan taraaa … inilah hasilnya: album yang diberi judul Sejuta Pelangi Vol. 1 telah beredar meski sekarang belum dijual bebas karena masih dibagikan secara gratis. Ia optimis bahwa album ini akan diapresiasi dengan baik.

Andai aku punya sayap, ku akan membawamu menuju bintang
hingga ku kan bersinar terang berikan senyumanmu
Terima kasih untuk segalanya terima kasih untuk kasih sayangmu
Mama I always love forever
tak akan terganti dalam hati ini kaulah wanita terbaik hidupku

Angin berhembus perlahan, kadang-kadang cepat. Langit cerah tetapi seolah sebentar lagi akan berganti wajah. Tidak apa. Sosok itu begitu menikmati hari-harinya selama di Rabbit Town. Di depan panggung, taklama maju seorang gadis yang tampak anggun. Tidak seperti sebelumnya yang cenderung anak-anak SD, gadis bercelana panjang hitam ini terlihat dewasa, bukan anak SD lagi. Dengan jaket putih yang tidak dikancing, Sabilla kemudian menyanyikan lagu “Mama”. Sebagian liriknya sudah dituliskan di atas. Vokalnya cenderung berat tapi tetap merdu. Lala, panggilan akrab dari Sabilla Chaitra Janitri memang sudah duduk di bangku SMP. Gadis kelahiran April 2004 ini, selain menyanyi juga hobi sekali di dunia crafting. Istilah kerennya DIY atau Do It Yourself.

Sejuta Pelangi

Lewat lagu tersebut betapa ia begitu sayang pada mamanya. Ingin sekali ia menghadiahi mamanya dengan sesuatu yang paling istimewa, semisal membawanya terbang menuju bintang. Tujuannya hanya satu, yaitu membuatnya berbahagia dan terus tersenyum. Ya, lagu anak memang seharusnya seperti. Tentang kasih sayang anak pada kedua orangtuanya, tentang hobinya yang mengasyikkan, atau tentang jalan-jalannya di kota atau pedesaan. Ahhh … sosok itu lagi-lagi kangen dengan masa kecilnya yang begitu bahagia. Begitu banyak lagu-lagu anak yang bisa diserap hingga membekas dalam hatinya. “Sejuta Pelangi bercerita tentang sejuta harapan, sejuta cita anak-anak Indonesia untuk berkarya dan menyuarakan suara hatinya melalui musik yang berwarna,” lanjut Cakra Dewa. Jadi, jangan bersedih lagi. Semoga album ini menginisiasi beberapa pemusik lainnya agar mau menciptakan lagu-lagu anak yang berkualitas.[]

8 thoughts on “Sejuta Pelangi untuk Anak Indonesia

  1. Sebagai Istri Musisi Jazz asli Indonesia, saya dan suami sering prihatin jika anak-anak menyanyikan lagu dewasa yang liriknya tidak akan mereka pahami, apalagi jika lirik sedih dan buruk, takut jadi doa, karena mereka masih suci❤️

    >> Wah, asyiknya bisa bertemu dengan istri dari sang musisi.
    Prihatin banget ya, Teh. Benar, anak2 itu masih suci tapi dikotori oleh musik2 dewasa. Sedih.

  2. Anakku tipe anak yang belajar dan terpengaruh karena lagu makanya sbg emak aku donlodin lagu2 lawas. jika zaman dulu spt yang disampein Chica koeswoyo ada pesan edukatif di lagu anak, sekarang malahan ku ga pernah denger lagu2 anak dengan lirik edukatif. semoga next sejuta pelangi bisa membangun kembali lagu anak yang mulai tenggelem

    >> Amiiin.
    Sejuta Pelangi ini jadi semacam oase di dunia lagu-lagu anak.
    Semoga saja setelah ini makin bermunculan lagu-lagu anak yang berkualitas ya, Teh.

  3. udah jarang ya lagu anak-anak jaman sekarang. Kasian juga mereka masih kecil di ‘cekokinnya’ lagu-lagu yang belum pada umurnya. Semoga makin banyak musisi yang peduli anak ya bang 🙂

    >> Iya, dan harus dimulai dari sekarang

  4. Amin ya kak semoga generasi selanjutnya bisa menciptakan lagu2 anak yang lebih baik, agar tidak terjadi anak yang lebih dewasa dari umurnya.. Semoga bisa lebih baik lagi kedepannya

    >> Amiiiin

  5. iya ih sedih sama anak2 jaman sekarang yang nyanyinya cinta cinta, aku beruntung banget masih sempet ngerasain senengnya nyanyi2, nunggu depan tv acara anak2 yg masih jamannya trio kwek kwek, saskia geovani dan teman temannya itu. malah dulu masih hits kirim surat ke sang artis & dapet balesan senengnya minta ampun

    >> Iya….
    Dulu ituh suka banget kirim surat ke artis. Kalau dapat balesannya, duh senengnya minta ampun ^_^

  6. Antara prihatin tapi kadang juga bikin mesem sendirian kalo lihat ada anak kecil tau-tau nyanyiin lagu dewasa …
    Kayak ponakanku kelas 1 SD,sejak TK dulu fasihnya ngga ketulungan nyanyiin lagu2 dewasa , udah gitu gayanya pede abis .. 😁

    >> Iya, miris.
    Nah, semoga ini menjadi jalan kebaikan demi anak-anak Indonesia

  7. kebayang rabbit town penuhnya kaya apa karena lagi ngehits.

    teteh2 blogger pada serius banget ya bang 🙂

    dulu waktu kecil sering setel vcd terus nyanyi2 ikutin lagu2nya. anak2 sekarang lebih tertarik ke youtube. ada yutubnya juga gak bang?

Leave a comment