The Lodge Maribaya: Sensasi Hot Air Balloon dan Bukber di Omah Bamboo

The Lodge Maribaya | Hot Air Balloon | Omah Bamboo — Akhirnya kembali lagi deh ke Kampung Babakan Gentong, Desa Cibodas. Pertama kali ke sini tepat setahun lalu, sedangkan untuk kedua kalinya terjadi pada awal bulan ini, dan keduanya pas di bulan Ramadhan. Bulan yang berkah. Otomatis penghujung acaranya adalah buka bersama (bukber) dengan menu-menu khas The Lodge Maribaya. Jika tahun lalu dia mencoba menu di Dapur Hawu dan sempat juga mencoba Memanah Cinta, maka tahun ini dia bakal mencoba menu di Omah Bamboo. Menarik.

Selama bulan Ramadhan, apalagi sudah memasuki pertengahan bulan, ada baiknya selalu memilih bukan jalan utama dan berangkatnya jangan terlalu mepet dengan waktu berbuka. Mayoritas warga Bandung sudah mulai berbondong-bondong mengadakan bukber di tempat makan favorit dan hampir semuanya akan melewati jalan utama. Jadi, yang paling penting adalah menghindari Jl. Setiabudi dan jangan berangkat setelah Ashar. Sosok itu kemudian mengambil jalur alternatif melewati Jl. Cigadung dan diteruskan ke Jl. Dago Giri. Alhamdulillah bagi yang belum pernah melewatinya, akan mendapatkan sensasi takterlupakan karena jalur yang berkelak-kelok dan naik-turun. Lumayan membuat hormon adrenalin semakin bertambah di dalam tubuh.

BUKBER DI OMAH BAMBOO

Sosok itu agak terlambat saat berangkat pada hari Jumat (2/6/2017) sehingga sudah terjebak macet di Jl. Kiaracondong. Dia bersama Adik Anin lalu mencari jalan alternatif melewati Antapani, International School, dan menembus ke Cikutra. Dari sana barulah diteruskan ke Cigadung. Lumayan tegang karena kemacetan sedang berada pada puncaknya. Fiuh! Akhirnya sampai juga di The Lodge Maribaya meski sudah lewat Ashar. Perjalanan yang lumayan melelahkan, dan melewati jalan yang beberapa hari sebelumnya mengalami longsor, yaitu setelah Maribaya Resort. Beberapa warga tampak bekerjasama menjaga agar yang lewat harus berhati-hati. Di kemudian hari, owner The Lodge Maribaya, Heni Nurhaeni Smith, menginisiasi untuk memperbaiki tepian yang longsor tersebut dengan beton.

Wilayah Maribaya memang diciptakan Sang Maha untuk memberikan kesejukan berupa limpahan oksigen yang takternilai, plus bonus udara dingin yang khas. Pohon-pohon Pinus bertebaran laksana karpet hijau di tebing maupun lembah Patahan Lembang. Semua tampak indah dan jelas memanjakan mata yang sudah terbiasa dan jenuh dengan kondisi di perkotaan. Sosok itu menarik nafas dalam-dalam, seolah tidak ingin kehilangan momen yang amat berharga itu, lalu menghembuskannya secara perlahan. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan? Subhanallah. Adik Anin saja sampai terlihat berbinar pada sudut matanya yang berusaha disembunyikan.

Ada banyak perubahan yang terjadi di The Lodge Maribaya setelah setahun berjalan. Ada bangunan baru dan ada tambahan wahana permainan pemacu adrenalin. Jika setahun lalu baru ada sky tree, sky swing, dan ada flying fox; kali ini sudah tambah ada gantole, bamboo sky, hammock, dan zip bike. Flying fox sudah tidak ada. Saat ditawarkan, Adik Anin tidak mau mencoba zip bike alias bersepeda di atas tali pada ketinggian tertentu. Tampaknya ia masih takut. Sosok itu tidak mau memaksa. Nchie, Mbak Al, dan Edo sudah asyik saja tertawa sambil menjerit kecil saat mencobanya. Suasana sore yang menyenangkan. Dia lalu lebih memilih menuju mushala untuk bersegera menunaikan shalat Ashar.

Setelahnya, lebih baik leyeh-leyeh di Omah Bamboo. Inilah restoran kedua setelah Dapur Hawu, letaknya agak di bawah dengan pemandangan lembah yang begitu indah. Tiang-tiangnya terbuat dari sekumpulan bambu yang disusun dengan amat bagus. Di ujung kanan maupun kiri disediakan tempat duduk (yang juga terbuat dari bambu), agar pengunjung bisa duduk cantik sambil melihat keindahan Patahan Lembang. Ya, tepat di tengah Omah Bamboo ada semacam panggung yang langsung menghadap Patahan atau Sesar Lembang itu. Sensasinya jangan ditanya, begitu menenangkan hati. Kalau kabut sudah turun, sensasi mistis begitu menyergap pikiran, tapi tidak menyeramkan.

Sebelum jam berbuka, ada Ust. Aam Amiruddin yang siap mengisi materi kultum. Salah satu kelebihan Ust. Aam adalah selalu menyampaikan materi yang berat dengan bahasa lokal yang ringan. Memang selama bulan Ramadhan kemarin, ada paket berbuka dengan menu spesial yang ditawarkan The Lodge Maribaya. Ngabuburit bersama orang tersayang sambil ditemani pemandangan sunset hutan pinus yang takada duanya jelas akan menjadi sajian takterlupakan di sana. Dengan menu middle eastern fusion sundanese alias sajian istimewa khas Jawa Barat dan Timur Tengah akan menyempurnakan Ramadhan, dan semua itu sudah didapatkan (plus tiket masuk) hanya Rp50.000 – Rp75.000-an. Kalau kemarin tidak sempat mampir, insya Allah tahun depan akan kembali hadir.

HOT AIR BALLOON, WAHANA BARU

Omah Bamboo didesain dengan begitu unik sehingga bisa dijadikan spot foto yang tradisional tetapi tetap kekinian. Perlu diketahui bahwa The Lodge Maribaya adalah tempat wisata yang hampir seluruh bangunannya begitu memperhatikan dan menjaga alam sekitar. Bangunannya tidak permanen sehingga bisa dibongkar pasang. Titik nadi bangunannya bukan dari beton, melainkan dari besi. Mereka juga menggandeng warga sekitar hingga melibatkan 250 orang untuk bekerja di sana. Heni sendiri bahkan membimbing 30 homestay yang ada di sekitar tempat wisatanya agar pengunjung mendapatkan kemudahan untuk berkunjung ke The Lodge Maribaya. Jadi tidak memonopoli harus menginap di resort atau glampingnya. Untuk glamping sunset sendiri saat ini sudah diubah menjadi tempat peristirahatan yang disewa per 3 jam dan ‘tenda bawang’nya telah dilapisi bambu.

Oya, di Omah Bamboo juga bakal ada pagelaran sendratari Sangkuriang yang dipadupadankan dengan seni musik khas Sunda (kecapi plus rebab), secara berkala. Dengan efek lighting yang spektakuler percayalah bahwa untuk menonton seni tradisional Sunda tidak perlu harus melulu ke Saung Angklung Udjo atau menunggu momen hari-hari besar. Semua akan disajikan secara berkala di The Lodge Maribaya. Tema Sangkuriang dipilih karena sejarah Patahan Lembang memang tidak lepas dari dongeng legendaris Jawa Barat yang melahirkan Gunung Tangkuban Parahu itu. Duh, jadi gak sabar untuk dapat menyaksikannya sendiri.

Pada hari Rabu (21/6/2017) sosok itu kembali ke The Lodge Maribaya bersama Kakak Bibin yang sedang liburan panjang dari pesantrennya. Pada saat itulah dirinya mendapatkan insight tentang sendratari Sangkuriang di atas. Berbeda dengan Adik Anin, Kakak Bibin langsung bersemangat untuk mencoba zip bike. Sensasinya menyenangkan dan sedikit tegang, apalagi ditambah dengan bumbu gerimis. Foto-foto wefie dianggap sebagai obat agar tidak terlalu fokus pada ketinggian yang mendebarkan hati. Kakak Bibin juga mencoba gantole meski ia lebih memilih posisi duduk, bukan berbaring. Memang hanya sesaat, tetapi pengalaman itu jelas amat berharga bagi perkembangan mentalnya.

Sore harinya sebelum berkumpul kembali di Omah Bamboo, sosok itu dan kawan-kawan #BloggerBDG juga sempat mencoba wahana baru. Ya, Heni Nurhaeni Smith dan suami, meluapkan kegembiraannya setelah meresmikan “Hot Air Balloon“. Wahana ini diharapkan dapat memuaskan pengunjung yang ingin berfoto dengan balon udara. Meski gak terbang, tapi sensasi fotonya bisa buat pamer lah, injekannya saja terbuat dari kaca jadi asa ngapung selama berfoto di sana. Saat peresmian memang baru ada satu balon udara, tetapi ke depannya bakal ada dua balon udara. Widih, seru banget! Oya, jangan ragu untuk berpose sebebas-bebasnya kalau ada fotografer yang berteriak. Kamu bisa mendapatkan fotonya sebelum keluar dari The Lodge Maribaya, tinggal bayar Rp10ribu saja per foto. Asyik, kan?[]

The Lodge Maribaya
Jl. Maribaya No 149/252 Babakan Gentong, Cibodas, Maribaya-Lembang
Reservasi : 022-2045 4830 | 0811 2264 808 / 0811 2253 299

7 thoughts on “The Lodge Maribaya: Sensasi Hot Air Balloon dan Bukber di Omah Bamboo

  1. Wah, senengnya yang nyobain hot air ballon. Selamat ya Bu Heni, sukses selalu The Lodge Maribaya.

    >> Belum 100% jadi tapi minimal sudah ada bayangan hehehe. Ide2 Bu Heni memang yahud!

  2. Terakhir lihat foto ini temenku yang maen ke The Lodge, tapi gak semuanya di post. Seperti yang ada di blog ini. Keren-keren banget, apalagi buat santai sama keluarga ataupun teman. Aku jadi tertarik pengen ke Bandung lagi..

    Cocok banget buat bukber memang ya, Mas. Semoga bisa ke Bandung dan maen ke The Lodge 🙂
    Kalau dari stasiun naek kendaraan umum, berapa kali naik ya, Mas?

    >> Hayu atuh main ke Bandung dan jangan lupa ke The Lodge. Spotnya memang keren punya, tapi yang terpenting adalah bisa mengambil angle yang pas agar fotonya bisa lebih keren dari aslinya hehehe
    .
    Kalau dari Stasiun Bandung naik ELF yang ke Lembang (warna krem). Dari Lembang mending tanya sama kenek/sopirnya ada gak angkot yang ke Desa Cibodas (The Lodge) karena seingat saya agak jarang angkot ke sana. Kalau tidak ada ya terpaksa naik ojek.

  3. waktu libur lebaran kemarin pengen ada rencana mau ke The Lodge tapi sirna karena saya pikir pasti rame banget orang dan gak hikmat hahaha.. next kalo ada kesempatan mau lah liburan kesini

    >> Iya, harus cerdas melihat situasi kapan penuh banget dan kapan sepi. Sayang banget kalau ke sananya pas penuh banget. Foto-foto pun jadi tidak maksimal.

  4. Gantolenya juga hanya utk pose ya mas? Aku kirain td hot baloon air ama gantolenya beneran :D. Aku bakal semangat banget kalo emg beneran terbang. Suka ama wahana yg menantang gitu :D. Tp kalo hanya utk selfie, suamiku ama anak2 nih yg suka foto2 begitu :D. Kalo nanti kesana aku palingan kulinerannya ajalah

    >> Iya, gantolenya buat pose aja, gak bisa diterbangin. Memang, tempat wisata ini ditargetkan untuk masyarakat yang ingin berfoto saja bukan menyasar pada mereka yang senang olahraga ekstrem. Ya sudah, senangkan saja anak-anak dan suaminya hehehe ^_^

  5. Mangtabs reviewnya Bang, jadi pengen ke sana euy sayangnya jauh pisan dari Makassar 😞. Kalau kesana kayaknya wajib photo di balon udara yaa, apalagi klo balon nya di tambah jadi deh maribaya rasa cappadocia 😬✌️.

    >> Hatur nuhun atas kedatangannya. Insya Allah kalau ada waktu dan rezeki bisa main ke Bandung. Saya pun belum maksimal waktu ke Makassar, cuma numpang lewat dan numpang istirahat saja setelah ke Tana Toraja.

Leave a comment