Memburu Sunrise di Puncak Darma

Foto diambil oleh Timothy, menggunakan gadget sosok itu

Cahaya itu selalu menggoda
Dan aku pun terengah-engah mengejarnya
Kesegaran menegur bibir agar tersenyum
Langit di atas langit … subhanallah

Memburu Sunrise di Puncak Darma — Dengan langkah ringan, sosok itu berlari menapaki jalan tanah yang tidak rata. Ada beberapa batu besar dan legokan yang tidak aman untuk dipijak, sehingga memaksanya untuk menghindar. Jalan menanjak memaksanya untuk mengeluarkan energi lebih besar, dan paru-parunya juga dipaksa untuk menghirup lebih banyak lagi oksigen. Lelah pastinya. Pada satu titik, dia berhenti. Menjaga pernapasannya agar sedikit kembali normal. Saat berbalik, pemandangan Amfiteater Ciletuh memesonakannya. Pesawahan dan rumah-rumah di Desa Mekarsakti terlihat seperti mainan.

Jarak dari tempat parkir mobil dekat Curug Cimarinjung dengan Puncak Darma sebenarnya hanya 1,2 kilometer saja tetapi tanjakan dan turunannya memang aduhai. Pada hari Minggu itu (28/8/2016) bukan tanpa sebab sosok itu lebih memilih berlari, salah satu alasannya adalah rasa tidak nyaman kalau harus naik ojek. Ya, dia merasa jerih saja karena kondisi jalan yang tidak bagus. Okelah dia pernah melewati jalan tersebut dengan menggunakan landrover, dan rasanya memang mengasyikkan plus seru. Alasannya karena bersama kawan-kawan dalam satu dok dan mobil tersebut sudah terkenal tangguh. Beda dengan ojek yang jenis motor-motornya pun membuat ingin mengelus dada, belum penampilan tukang ojeknya yang ‘nakal’ seperti tanpa alas kaki. Wah lah!

Namun hal itu menjadi pilihan masing-masing. Rombongan travel blogger, awak media, travel agent, dan perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat lebih memilih naik ojek yang ditarif Rp60K pulang pergi. Sosok itu? Ya, berlari saja. Hitung-hitung latihan fisik yang sudah jarang dilakukannya. Perlu diketahui bahwa dia sampai ke tempat parkir itu pukul 05:00 dengan menggunakan mobil Hi-Ace. Untuk sampai ke sana pada jam segitu, dia harus rela bangun dini hari dan berangkat dari Vila Ujang di Ujung Genteng pada pukul 03:00. Terus terang capek banget, ada baiknya kalau ingin mengeksplor Ciletuh menginaplah di beberapa homestay yang sudah tersedia di kawasan tersebut. Murah, kok. Cerita awal perjalanan rombongan Famtrip Jabar 2016 ini bisa dibaca di bawah ini.

Mangga diklik >>> Menjalang di Kawah Putih dan Situ Patenggang

Pukul 05:37 dia mulai berlari, dan sampai di titik peristirahatan (takjauh dari Jembatan Cimarinjung, bisa melihat Curug Dogdog dari sini) buat menarik napas panjang adalah pukul 06:03. Butuh waktu setengah jam rupanya. Sosok itu kembali berlari berkejaran dengan para tukang ojek yang mensorakinya sambil fokus pada jalan. Akhirnya, dia sampai di Puncak Darma tepat pada pukul 06:16. Artinya diperlukan waktu 39 menit untuk berlari-lari kecil dari tempat parkir Curug Cimarinjung ke Puncak Darma. Naik ojek jelas lebih cepat lagi. Kalau jalan kaki tampaknya tidak sampai satu jam. Hanya sekadar saran, lebih baik jalan kaki untuk menuju ke Puncak Darma, karena bisa melihat pemandangan yang mungkin akan terlewati kalau harus naik ojek.

Sosok itu kembali dimanjakan oleh kemegahan Amfiteater Ciletuh pada pagi hari. Belum lagi saat menengok ke belakang, semburat cahaya matahari mulai menampakkan diri. Sunrise berhasil disaksikan oleh mata kepalanya sendiri. Indah. Luar biasa. Subhanallah. Hawa mistis yang biasanya terasa di tempat itu sekejap meruap entah kemana. Sekadar tahu saja, Puncak Darma itu awalnya dinamakan Pasir Muncang atau Pasir Kemiri yang berada pada ketinggian 230 mdpl. Sedangkan lokasi tempat parkir Curug Cimarinjung berapa pada ketinggian 100 mdpl. (Tuh kan, sosok itu telah berlari menanjak setinggi 130 meter). Nah, di bukit yang sepi ini beberapa penduduk sering melihat sosok kuntilanak yang duduk di atas batu dengan kaki bergoyang-goyang. Hingga kemudian disebut sebagai Bukit Kunti.

Menurut warga setempat, posisi duduk dengan kaki bergoyang inilah yang kemudian disebut dengan ‘Darma’. Akhirnya lahirlah nama Puncak Darma. Itu baru versi pertama. Versi keduanya juga takkalah menariknya. Bukit yang terletak di Desa Girimukti, Ciemas, Kabupaten Sukabumi ini awalnya tidak memiliki akses jalan. Iseng-iseng sambil membuang duit, Almarhum Haji Opan Sopandi yang saat itu menjabat sebagai Direktur CV. Darma Guna berinisiatif membuat jalan. Atas usahanya tersebut, masyarakat memberi penghargaan memberi nama bukit tersebut dengan nama Puncak Darma. Mana yang benar, itu terserah masing-masing. Yang jelas, keberadaan Puncak Darma menjadi penting karena bisa dijadikan sebagai titik pandang paling strategis untuk melihat kemegahan dan keindahan Geopark Ciletuh.

Yuk, BACA >>> Mengenal Geopark Ciletuh-Palabuhanratu

Satu hal yang begitu penting bagi #SangPejalan saat melakukan perjalanan adalah sinyal. Zaman sekarang, hampir semua orang membutuhkan sinyal dari provider tertentu. Ya minimal untuk mengirimkan pesan atau menelepon. Sedangkan dia, jelas sudah lebih dari sekadar dua aktivitas itu. Narsis di media sosial adalah salah satunya. Pada saat di Ciletuh, bisa dibilang begitu susah sinyal, semua provider. Otomatis selama dua hari berada di kawasan tersebut, dia tidak bisa membuka internet. Sampai akhirnya, sosok itu berhasil mendapatkan sinyal dari provider kuning saat berada di Puncak Darma. Entah kenapa, ketakjuban akan pemandangan di pagi hari semakin paripurna dengan adanya sinyal. Alhamdulillah.

Dia suka dengan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para travel blogger dan awak media. Apalagi yang berhubungan dengan fotografi. Ada beberapa fotografer andal yang turut hadir, salah satunya adalah Kang Dudi Sugandi alias Om Doe. Ia menjadi juru potret primadona sehingga selalu dikejar agar bisa dipotret olehnya. Begitu pula dengan pasangan kameramen dan pembawa acara dari NET. Beruntung sosok itu ditunjuk sebagai salah satu model wisatawan lokal yang jatuh cinta pada keindahan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu. Dan buktinya, dia masuk tv di program NET Jabar. Wisatawan asing yang juga jatuh cinta pada Ciletuh adalah pasangan travel blogger asal Singapura, yaitu Sunrise Odyssey . They’re so excited at Puncak Darma![]

Jangan lupa BACA juga >>> Menunggu Sunset di Puncak Darma

One thought on “Memburu Sunrise di Puncak Darma

  1. Mau lihat kabut di pagi hari dari puncaknya. Tapi serem ga sih denger cerita tentang kuntilanak? Bikin parno ga ke sana sebelum subuh? Salam kenal

    >> Abaikan saja bagian itu. Fokus pada indahnya menyelami suasana sunrise dengan kalibut yang ‘wah’

Leave a comment