Di Kerajaan Parongpong

Sepucuk surat berstempel kerajaan diterima oleh sosok itu. Prajurit kerajaan pun berbalik dan langsung memacu kudanya meninggalkan debu-debu tipis yang bertebaran. Sosok itu lalu membuka perlahan surat penting itu bersama dengan sang belahan jiwa di sebelahnya. Sebuah undangan! Sosok itu merasa debur jantungnya bergerak sedikit lebih cepat. Undangan resmi dari Raja Fikri dan Ratu Dey dari Kerajaan Parongpong telah sampai di tangannya. Kebahagiaan yang amat luar biasa dialami oleh keluarga sosok itu. Kakak Bintan dan Adek Anin yang berlari ke arah mereka pun langsung dipeluknya dengan erat. Keduanya sudah tidak sabar bertemu dengan Pangeran Fauzan.

Sebagai rasa terima kasih, tentu tidak berlebihan jika sosok itu akan mempersembahkan upeti berupa hasil bumi kepada pihak kerajaan. Oleh karena itulah beberapa hari sebelumnya, sang belahan jiwa sudah memesan pada para petani tetangganya agar hasil bumi miliknya dipersiapkan untuk kerajaan. Namun sayang, petani jengkol tidak dapat memenuhi permintaan itu. Untunglah petani kedele sanggup memenuhinya dan bahkan langsung bekerjasama dengan petani jamur, petani singkong, dan tukang tempe agar mengemasnya menjadi tempe mendoan berkualitas super. Hasil bumi itulah yang dibawa oleh keluarga sosok itu pada hari H nanti.

Blogger Hijau

Lebih luar biasa lagi, pihak Kerajaan Parongpong ternyata juga mengundang keluarga kerajaan tetangga, yaitu Kerajaan Han-GBI (dibaca: Hangbi). Sosok itu tentu saja sangat senang karena pastinya dia akan dapat bertemu muka dengan Raja Handedi, Ratu Hanchie, dan Putri Hanolive. Tidak hanya itu, seorang pemberi kabar dari pihak kerajaan pun memberitahu bahwa seorang kerabat kerajaan yang tinggal sangat jauh juga akan hadir. Dialah Dewi Sekarorin yang tak lain masih berhubungan erat dengan keluarga dari Kerajaan Bekasi.

Hari yang ditunggu pun tiba. Keluarga sosok itu telah menyiapkan sebuah kereta kencana baru dengan dua ekor kuda yang sangat gagah. Sebenarnya sosok itu hanya memiliki kuda tua dengan kereta gerobak pengangkut jerami. Namun, demi menjaga nama baik pihak kerajaan, sosok itu langsung menghubungi kerabatnya di desa sebelah yang cukup mapan sehingga didapatlah kereta kencana itu. Di sebuah persimpangan dengan pemandangan tegalan sejauh mata memandang, sosok itu menghentikan kereta kencananya. Inilah Tegal Ledeng dimana ada banyak orang dengan kepentingan berbeda hilir mudik. Bebeberapa kendaraan beraneka ragam dan juga pasar tradisional ada di sini. Dan di sini pula keluarga sosok itu menemui keluarga dari Kerajaan Hangbi. Sosok itu dan keluarga pun langsung menjura pada Raja Handedi, Ratu Hanchie, dan juga Putri Olive. Tak dinyana, beberapa saat kemudian datanglah rombongan keluarga Kerajaan Parongpong yang katanya hendak menjemput kerabat jauh mereka. Kerabat yang dimaksud ternyata adalah Dewi Sekarorin yang membawa sahabat baiknya, Dewi Sekariqoh.

Di Kerajaan Parongpong

Singkat kata, sampailah semua rombongan itu di Kerajaan Parongpong. Pemandangan alam dan suasana kerajaan itu begitu luar biasa dan spektakuler. Begawan Sepuh yang tidak lain ayahanda dari Ratu Dey pun turut menyambut. Beliau pun menarik sosok itu untuk diajak ke kebun kecilnya yang berisi beberapa tanaman obat. Tidak hanya brotowali dan kumis kucing, tetapi juga terdapat 2 (dua) tanaman langka yang sosok itu lupa lagi namanya. Beberapa ramuan pengobatan pun dijabarkan dengan sangat baik oleh Sang Begawan sambil menjelaskan betapa murahnya kesehatan itu asal semua konsumsi kita dikembalikan kepada alam. Pada saat itulah datang seorang laki-laki dengan kuda hitamnya yang gagah. Dialah Senopati Jier yang baru saja bertugas mengurusi sebuah peternakan ayam milik kerajaan di Desa Cimareme. Sementara Adek Anin dan Kakak Bintan langsung asyik dengan beragam permainan yang dimiliki oleh Pangeran Fauzan. Begawan Sepuh pun tak segan mengajarkan kami semua yang hadir bagaimana membuat wayang dari tangkai daun singkong.

Wayang dari Tangkai Daun Singkong

Tidak lama kemudian hidangan khas kerajaan digelar dengan format kebersamaan. Upeti hasil bumi yang dibawa keluarga sosok itu pun juga hadir di sana sebagai pelengkapnya. Aroma wangi dari nasi gurih pun menambah nafsu makan semua orang, apalagi dengan sajian khas sambel kerajaan dan beberapa lalaban yang sudah terkenal itu. Setelah menyantap semua hidangan, para undangan pun diajak berjalan kaki menyusuri perkebunan teh yang tak jauh dari istana. Sebelumnya, para undangan disuguhi dengan pemandangan khas rumput hijau berbukit dengan beberapa ekor kuda tertambat di istal kerajaan. Inilah suguhan alam yang tiada duanya. Belum lagi beberapa petak tanaman labu, kol, bunga anyelir, dan tomat yang sedang digarap oleh petani kerajaan yang sangat cekatan. Dan Perkebunan Teh Sukawana yang eksotis pun langsung memanjakan mata para undangan setelahnya. Kegembiraan semua orang yang hadir menambah keakraban dan kebersamaan. Raja Fikri dan Ratu Dey tak segan-segan menceritakan tentang perkebunan teh itu, termasuk beberapa jalur yang layak untuk disinggahi seperti Hutan Pinus.

Menu Sarapan dan Makan Siang

Kenangan kebersamaan selama di Kerajaan Parongpong memang sungguh luar biasa. Sosok itu merasa belum sepenuhnya bisa menceritakan dalam satu lembar perkamen ini. Perjalanan tapak demi setapak yang dijalani sejak dari pukul 10 waktu setempat sampai menjelang pukul 13 begitu mempesona dan tersimpan dengan baik di dalam hati. Bumi Parongpong pun layak dijadikan semacam tempat latihan menempa mentalitas dan kebersamaan oleh beberapa pandu berseragam cokelat yang tampaknya datang dari luar kerajaan. Tidak hanya hamparan tanaman teh yang diperkenalkan oleh Kerajaan Mata Sipit di ujung benua, tetapi juga keindahan tanaman rumput yang hijau dan luas turut memanjakan mata para undangan yang hadir. Begitu pula dengan sebuah desa modern yang dikenal dengan nama Vila Istana Bunga turut diperkenalkan. Beberapa miniatur bangunan beberapa kerajaan dunia ditampilkan di sana. Istana dari Kerajaan Air, Kerajaan Barbie, Kerajaan Kayu, Kerajaan Pinokio, Kerajaan Warna, Kerajaan Langit, dan lain sebagainya disuguhkan dalam sebuah kawasan yang apik dan asri. Pegal-pegal pada betis pun menjadi tak terasa karena aura kebahagiaan dan keterpesonaan mata selama perjalanan terus memanjakan para undangan.

Padang Rumput nan Hijau

Dan layaknya sebuah pertemuan yang dirasa amat singkat, pasti selalu ada perpisahan di ujungnya. Beberapa para undangan pun meminta izin pada tuan rumah kerajaan untuk membasuh diri demi mendapatkan kesegaran. Jamuan makan siang khas kerajaan juga digelar demi menghormati para tamu. Meski dengan menu yang sama dengan tadi pagi, hal itu tidak mengurangi kelahapan kami semua saat menyantapnya. Surat Puteri Amirillis dari Kerajaan Cipinang yang tidak dapat hadir pun langsung dibalas oleh Ratu Hanchie pada saat jamuan makan siang itu. Di penghujung waktu, para tamu undangan seperti enggan meninggalkan Istana Kerajaan Parongpong. Seperti ada sesuatu yang hilang jika kemudian kami semua langsung meninggalkannya. Namun, tempat tinggal kami yang sebenarnya telah menunggu di masing-masing negeri. Setelah menunaikan shalat Ashar, para tamu undangan pun dengan berat hati berpamitan. Masing-masing memasuki kereta kuda yang akan mengantarkan mereka kembali ke rumahnya di berbagai tempat. Dan sore menjelang maghrib, keluarga sosok itu tersenyum bahagia di sepanjang perjalanan pulang meski disuguhi dengan hujan yang menderas.

Keluarga Besar Blogger Bandung

Semoga … di kemudian hari kebersamaan itu akan terjalin kembali. Sangat berharap sosok itu dapat menginap di Istana Kerajaan Parongpong pada lain waktu. Terima kasih kepada keluarga Kerajaan Parongpong yang telah menjamu kami semua: Raja Fikri, Ratu Dey, Pangeran Fauzan, dan Begawan Sepuh. Juga tak lupa pada keluarga Kerajaan Hangbi yang gemar mengabadikan setiap momennya: Raja Handedi, Ratu Hanchie, dan Putri Hanolive. Begitu pula dengan kerabat jauh Dewi Sekarorin dan Dewi Sekariqoh yang masih menyempatkan diri, serta Senopati Jier yang dalam hitungan hari akan berdampingan dengan kekasih pilihannya.[]

Silakan melihat artikel lainnya di Daftar Isi atau melirik pada album:

10 thoughts on “Di Kerajaan Parongpong

  1. aih, seperti membaca dongeng2 masa lalu….
    *asli ngakak….hahahha…susah deh kalo yang nulis penulis…(lagian mana ada yang nulis perampok, yang nulis sih ya penulis hihihi….)

    >> Puteri masuk juga kan sebagai tokohnya ^_^

  2. Aiiiih…diriku menjelma menjadi Dewi Sekarorin *tsaaaahhh*
    hihihih…bodor ih ci abang 😛

    >> Tapi suka kaaan … ^_^

  3. weitsssssss, mantep banget dongengnya, pasti Fauzan suka nih, mendadak jadi Pangeran …

    >> Huehehehe … menjura pada Ratu Dey dan Pangeran Fauzan

  4. Wah nama saya ditulis senopati Jier hehe
    Saya senang bertemu dengan para sahabat semua. Makasih bang, terima kasih atas pertemuannya.

    >> Sama-sama ya, Mas … ^_^

  5. ha..ha…ha… seruuuu
    kakak Bintan dan Adek Anin kok nggak dijadiin Putri…? ntar ngambek deh…

    >> Gak usah, Bu Dokter. Mereka dah senang kok menjadi diri mereka sendiri ^_^

  6. Benar-benar menariik! 😀
    Sayang sekali saya gak ada… 😆

    >> Sangat menarik, Sop. Dan memang sayang dikau tidak ada ^_^

  7. mantap kang…bacanya kayak cerita senopati pamungkas….hehehe untungnya udh baca ulasan yang lain kalau ngga rada bingung juga kang

    >> Itulah untungnya bercerita di bagian penutup. Bebas sebeba-bebasnya … ^_^

  8. Abang keren banget..
    aduh serasa di kerajaan beneran deh..
    Makasih ya Bang atas kebersamaannya..

    *sori baru mampir,inetnya banyak gangguan aja*hihhi..

    >> Iya, sama-sama, Nchie, terima kasih juga atas kerjasamanya hehehe …

  9. Iqoh punya gelar euy….bubur merah, bubur putih dulu ini mah… qiqiqiqi…

    Apa kabar pa?
    Masih ingatkah diriku? 🙂

    >> Insya Allah masih ingat, Iqoh, dan alhamdulillah sosok itu baik2 saja. Apa kabare? ^_^

Leave a comment