Q&A tentang Dunia Menulis (2)

Dhewi: Di tengah kesibukan sehari-hari, kadang waktu untuk menulis sangat sedikit. Utk mengatasinya, biasanya memang membuat semacam kerangka (atau outline). Jadi, biarpun kita menulis sepotong-sepotong, tetap berjalan pada alur yang benar. Nah bagaimana halnya dg penulisan fiksi? Bisakah itu diterapkan juga dalam fiksi? Pengalaman saya, di tengah-tengah proses menulis, sering kali saya malah menemukan ide-ide baru yg saya rasa lebih menarik (misalnya saya menemukan konflik baru, atau penokohan yang lebih menarik). Di sisi lain, saya malah jd ga fokus. Bagaimana solusinya ya?

Bang Aswi: Tidak masalah. Mau menulis kerangka atau tidak itu masalah style atau gaya masing2 penulis. Bagi penulis pemula, menulis kerangka adalah bagian dari solusi dan sangat membantu sekali. Tapi kalau sudah lancar menulis, percayalah bahwa membuat kerangka itu pada akhirnya tidak dibutuhkan. Begitu pula dengan menulis buku, kerangka atau outline sangat diperlukan karena dapat menjaga alur cerita agar tidak keluar dari jalur.

Dhewi: kerangka itu meliputi tokoh, tempat, dan peristiwa … begitu kah? Atau semata alur?

Bang Aswi: Kerangka itu bisa mencakup semuanya.

Dhewi: Trus, untuk penokohan atau karakter, gimana caranya ya supaya karakter dalam tulisan2 yang kita buat bisa kuat? Kan terkadang ada byk tokoh, nah, bagaimana caranya agar kita bisa tetap konsisten dg karakter tokoh2 tersebut? Punya resep ngga agar kita berhasil membuat karakter yg kuat dalam novel kita? Itu saja deh 🙂

Bang Aswi: Buatlah karakter tokoh masing2 dan dijabarkan dengan baik. Misalnya tokoh A adalah perempuan, sifatnya pemalu, mukanya gampang memerah, tinggi 150cm, dll. Buatlah karakter tokoh masing2 dengan sangat detail. Ketika menulis, jadikan gambaran karakter itu sebagai acuan. Sehingga ketika menciptakan tokoh baru, tidak tertukar. Bahkan kalau perlu, ada ucapan khas tiap2 tokoh.

Syerly: Saya ingin mencoba berbagi sedikit pengetahuan yg saya punya lewat tulisan, tapi kadang sedikit ilmiah, pertanyaannya gimana ya supaya tulisannya tidak terlau “kaku”, supaya bs dipahami oleh berbagai kalangan. Biar ga kaya skripsi gt hehe, tapi saya ingin maksudnya sampai ke pembaca..

Bang Aswi: Latihan, Teh Syerly. Cobalah sering membaca beberapa karya yang bahasanya cair, lalu tulislah mengikuti gayanya. Ini yang sering disebut ‘Copy the Master’ yang sudah dikirimkan kemarin. Sering2lah berlatih, dan pada saatnya kita menulis apa yang kita mau, bersiap2lah terkejut bagaimana tulisan kita yang biasanya kaku telah menjadi cair … ^_^

Syerly: Pengen bikin tulisan fiksi, tapi kok kayanya susah bgt ya…gmn caranya…?

Bang Aswi: Menulis fiksi juga sama. Sering2lah membaca karya fiksi yang ada, apakah itu di koran, majalah, atau buku kumpulan cerpen atau novel. Dari situ, cobalah tuangkan imajinasi kita sendiri. Inilah mengapa membaca sangat tidak bisa terlepas dari kegiatan menulis. Semakin banyak kita membaca, semakin banyak pula kebisaan kita untuk menulis.

Ummah: Aiihh ud giliran ane yakz? *mikirr* Soalnya prtnyaan2nya hmpr sm smua sm teteh2 cntik yg td.. 😀 Teh Wika dulu deh.[]

12 thoughts on “Q&A tentang Dunia Menulis (2)

  1. kayaknya ini orolan pelatihan menulis online yang Indsript ya .. hehehe.
    ikutan tanya ah, kalau menulis fiksi itu memang harus pakai EYD ya ? Ngga boleh menyelipkan bhs gaul atau bhs daerah kecuali dalam percakapan ?

  2. kalo aku sih lebih seneng nulis fiksi *tp kadang2 dibumbui dari kejadian nyata. hhehe
    nulis fiksi tuh bisa lebih berimajinasi aja *kalo kata aku 😀

  3. >> dey : EYD sebagai panduan tapi bukan keharusan ^_^
    >> zahra : Bebas lah ^_^
    >> jasmine : Fiksi itu bisa kemana-mana, mbulet lah kata orang Jawa mah. Dan kejadian nyata itu adalah modal dasar.
    >> lidya : nyolong gimana tuh?

  4. >> Orin : Dulu, awal-awal, adalah untuk menyebarkan kebaikan dan meninggalkan warisan yang bisa dikenang turun-temurun. Teringat dengan pesan Ali bahwa kebaikan kita akan berusia sepanjang masa apabila bisa dibaca dan terus diterapkan. Itulah gunanya buku. Mudah2an masih istiqamah hingga sekarang ^_^
    >> Dewi : Sama-sama, Teh Dewi …

  5. Mmmmm…..nganggut2 sambil nyimpen ilmu yang dibagikan ke memori otak. Hehehe, nuhun pisan Bang. Mo dilanjooooddd aaahhh ke bagia ketiga, biar lebih pinter lagi ekye 🙂

Leave a comment