KRL Akhirnya Sampai ke Cikarang

Mengenal kereta berarti mengenal sejarah manusia itu sendiri. Bagi sosok itu, kereta telah menjadi bagian kehidupannya dari kecil hingga saat ini. Meski seperti layar yang buram, dia masih mengingat jelas beberapa bagian dari masa kecilnya menaiki kereta, terutama kereta jarak jauh dengan rute Jakarta-Madiun PP. Pada saat itu yang paling diingat adalah begitu banyaknya penumpang sehingga harus berlomba-lomba masuk. Kalau mengantuk, bapak atau ibu langsung menggelar koran di bawah bangku dan dia pun tidur dengan lelap di sana. Bangkunya saat itu masih berupa anyaman rotan. Hingga kemudian dia pun merasakan nikmatnya naik kereta Argo Parahyangan saat jadi mahasiswa di Bandung, meski mahal. Dan saat ini, dia sudah wara-wiri naik kereta ke beberapa tempat di Pulau Jawa, dari kelas ekonomi sampai kelas eksekutif.

Sadar atau tidak, kereta telah menjadi kebutuhan pokok manusia di mana saja. Saat dirinya berkesempatan pergi ke Jepang, satu hal yang disesalinya adalah tidak bisa berkesempatan naik kereta cepat Shinkasen. Melihat kondisi lalu lintas sekarang dari Bandung ke Jakarta atau sebaliknya, sosok itu lebih memilih naik kereta daripada harus menggunakan bus atau travel. Begitu pula saat dirinya ditawari naik pesawat dari Semarang ke Bandung, dia malah lebih memilih naik kereta. Entahlah, ada rasa nyaman saat melakukan perjalanan menggunakan kereta. Bisa jadi, salah satu alasannya adalah perjalanan yang tidak berkelak-kelok alias cenderung lurus. Bagi dirinya yang sejak kecil begitu gampang mabok kalau naik mobil/bus, tentu kereta adalah yang paling disukainya. Itulah mengapa dia berharap sekali jalur kereta Bandung-Ciwidey atau jalur Pangandaran dibuka kembali, termasuk tambahan ke arah Ujung Genteng, Ciletuh, dan Palabuhanratu.

Continue reading “KRL Akhirnya Sampai ke Cikarang”