Me Time: The Journey

Doh! Sudah lama ya …
Tak kusentuh blog ini seperti biasanya
Dicuekin hingga laba-laba bersarang
Dan hati ini pun tak tenang

Ya, ada banyak hal yang membuat sosok itu tidak menulis sesering yang pernah dilakukannya tahun lalu. Sebut saja mengurus keluarga atau kesibukan mencari segenggam berlian. Belum beberapa amanah yang cenderung meningkat pada awal tahun 2012 ini. Salah satunya adalah menjadi kontributor di salah satu rubrik Harian Pikiran Rakyat, koran lokal Jawa Barat, yang kebetulan tak jauh dari hobi sosok itu yaitu bersepeda. Alhamdulillah.

Continue reading “Me Time: The Journey”

Peluh Kejenuhan

Wajah cantik gadis pelayan konsumen di depannya begitu sumringah. Begitu gamblangnya sang gadis menceritakan tentang produk perbankan tempatnya bekerja. Setelah ada jeda, sosok itu pun memulai pembicaraan yang lain dari biasanya. “Sudah berapa lama bekerja di sini, Mbak?”

Meski agak terkejut dengan pertanyaan yang mendadak dan di luar jalur, sang gadis tetap tersenyum. “Sudah 2,5 tahun. Di cabang ini baru 6 bulan, sebelumnya di cabang Soekarno-Hatta.” Sosok itu berlanjut, “Betah nggak kerja di sini?” Senyum sang gadis agak mendatar, “Semuanya harus dinikmati. Setiap pekerjaan pasti akan mengalami kejenuhan. Ya … dicoba untuk dinikmati saja.”

Jenuh. Kata yang selalu mengikuti peluh. Apalagi jika peluh telah berakhir. Dan tak sedikit sosok-sosok yang mengaduh. Beberapa kemudian mengeluh. Tak apa. Jika itu hanya bagian dari jeda, untuk meraih semangat yang jauh lebih baik lagi.

Bukan hanya dalam lingkungan kerja, kejenuhan juga bisa hinggap pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan komunitas, lingkungan diskusi, atau lingkungan hobi. Di sinilah pentingnya me-refresh sesuatu yang lama agar tampak baru. Di sinilah keindahan manajemen istirahat yang sebenarnya. Di lingkungan kerja ada hak cuti. Di lingkungan sekolah ada hak libur. Di lingkungan sepeda ada hak berhenti. Di setiap lingkungan pasti ada jalan keluarnya.

Sosok itu merasa bersyukur. Ia dianugerahi banyak modal. Pada saat ia jenuh menulis, sosok itu bisa mendesain. Begitu pula sebaliknya. Jika dua-duanya jenuh, ia bisa bersepeda. Yang pasti, jangan sampai cara mengatasi kejenuhan itu membuat masalah baru. Itu saja.

Jika setelah berpeluh kita merasa jenuh, jangan mengaduh. Jika kita mengantuk, jangan merasa sungkan untuk tidur. Jika merasa tak kuat, jangan malu untuk berhenti sejenak. Masing-masing sosok sudah ada limitnya. Namun, limit itu pun masih bisa direkayasa sedari awal. Tergantung pribadi sosok masing-masing.

Duhai Sang Maha, ajarilah kami meraih hari ini agar lebih baik dari hari kemarin. Amin.[]