Mau Ngapain di Karatsu?

Bicara soal Jepang, masyarakat Indonesia jelas tidak bisa lepas dengan mereka. Sejarahnya sudah tercatat. Ditambah kedigdayaan mereka untuk bangkit dan akhirnya menjadi salah satu negara maju di kawasan Asia. Baik secara ekonomi hingga akhirnya juga di bidang kebudayaan. Oleh karena itu sosok itu juga terikat secara budaya dengan Jepang. Jangan ditanya, deh, masa kecilnya. Hampir semua film yang terkenal dari Jepang dibabat habis. Mulai dari Megaloman, Lionman, Voltus V, Gaban, Sariban, Godsygma, dan lain-lain yang masih menggunakan teknologi video betamax. Hingga akhirnya mengenal Doraemon, Ksatria Baja Hitam, dan Saint Seiya setelah masuknya TV swasta yang menggunakan decoder pada era 80-an. Gimana nggak dekat?

Bagaimana dengan sekarang? Masih. Film-film baru bermunculan dan makin canggih teknologinya. Bahkan, sosok itu berani mengatakan bahwa teknologi animasi film-film Jepang jauh lebih bagus daripada produksi Hollywood. Sebut saja Totoro, Howl’s Moving Castle, atau Garden of Words. Komik-komik juga dilahapnya satu persatu. Yang paling digemari adalah Kungfu Boy, Eye Shields 21, dan Blade of The Immortal. Semua budaya itu merasuk sampai ke hati, maka takheran kalau sosok itu suka dengan hal-hal yang berbau animasi. Pekerjaannya sekarang juga agak menyerempet ke arah sana, yaitu dunia perbukuan. Desainnya secara tidak langsung terpengaruh oleh karya-karya animasi Jepang. Salute!

Continue reading “Mau Ngapain di Karatsu?”