25 tahun yang lalu kami melangkah ke kampus Ganesha dengan perasaan terharu dan bangga karena bisa menjadi bagian dari keluarga mahasiswa ITB. Hari ini, kami berkumpul bersama untuk merayakan Reuni Perak ITB94, mengulang cerita-cerita yang berkesan, menjalin silaturahim dengan teman satu kota, beda kota, termasuk teman-teman yang sudah tersebar di belahan negara lain. Terima kasih untuk seluruh panitia dan berbagai pihak yang membantu hingga terlaksananya acara reuni ini dengan jumlah alumni lebih dari 900 orang. Semoga kita tetap sehat, manfaat, dan bahagia. Salam 94nesha! Demi Tuhan, Bangsa, dan Almamater ~ Ilsa Savitri
Sabtu, 6 Juli 2019. Pada hari itu, “Today is the Day!” Kawan-kawan ITB 94 berkumpul kembali setelah 25 tahun yang lalu masuk dengan bangga ke Kampus ITB sebagai mahasiswa baru. Berjalan dengan gagah dan perasaan yang sukar untuk dilukiskan. Bagaimana tidak? Berbagai rintangan berhasil dilewati dengan perjuangan yang tidak kaleng-kaleng. Tidak mudah, termasuk mendapatkan jaket himpunan.
Lulus UMPTN yang diumumkan di koran-koran nasional. Kami yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia kemudian berkumpul di Kota Bandung, mengantri di GSG untuk daftar ulang. Setelah resmi menjadi mahasiswa ITB pun harus mengikuti OSKM dan Penataran P4. Setelah berkuliah di TPB selama setahun, diuji lagi dengan OS Jurusan yang jauh lebih berat dan berdarah-darah.
Tidak mudah masuk ke ITB pada zaman itu. Namun ketidakmudahan itulah yang membuat kami di kemudian hari merasa menjadi satu keluarga raksasa. Keluarga 94nesha ITB. 20 tahun kemudian, beberapa kawan berinisiatif untuk berkumpul demi sebuah kata ‘reuni’. Gagal … meski berhasil mengumpulkan uang kas lebih dari dua juta. Kegagalan reuni pada 2014 menjadi pembelajaran.
Hingga kemudian segelintir kawan berhasil berkumpul pada 1 November 2017 di Jakarta, dan hobi lari menjadi pembuka dari semua peristiwa besar kemarin. Seragam putih-putih, topi gajah, dengan slogan “kami peduli rakyat kecil” (ada nametag dengan foto bersama tukang becak di depan rumah mewah) menjadi pembuka cerita manis masa itu. Butuh waktu dan dan harus sering berkumpul kata kuncinya.
Waktu yang dibarengi dengan lari-lari dan konsep yang semakin matang, baik di Jakarta maupun di Bandung. Bergulirlah beberapa program sebagai pertanda bahwa Reuni Perak 94 harus terlaksana. Dimulai dari 94nesha Outbond pada 1-2 September 2018 di Situ Cileunca Pangalengan yang tidak hanya mempererat antar alumni, tetapi juga anggota keluarga karena ada unsur kemping di sana. Plus tetap ada unsur lari juga hehehe.
Hingga puncaknya kebersamaan adalah saat event ITB Ultra Marathon pada 12-14 Oktober 2018 yang berhasil melibatkan 88 pelari 94nesha dan memunculkan Tim 94rancang yang mendapatkan podium 1 untuk kategori Relay 8. Jalan menuju Reuni Perak 94 semakin terlihat dan menunjukkan keseriusannya. Cerita-cerita setelah IUM tersebar di media massa dan grup WA. Makin mempererat dan menggelora.
Kemudian ada 94nesha Got Talent yang dimulai Desember 2018. Kawan-kawan seangkatan yang hobi nyanyi menjadi tersalurkan di ajang tersebut, dilanjut dengan 94nesha BizTalk mulai Februari 2019. Lalu berkumpul lagi saat 94nesha Cup pada Maret 2019 dengan cabang olahraga futsal, basket, dan volley. Hobi olahraga tampaknya memang mempersatukan semuanya. Yang tidak pernah lari, ujug-ujug jadi suka lari.
94nesha Memberi 94nesha Menginspirasi lahir pada Maret 2019 yang membuktikan bahwa angkatan 94 ITB sudah seharusnya memberi bukti bagaimana menjadi pribadi-pribadi yang berhasil baik secara perorangan maupun kelembagaan. Hingga akhirnya kebersamaan akan olahraga bermuara lagi pada event 94nesha Mini Tri di Kota Baru Parahyangan (April 2019). Takheran kalau slogan kami adalah Tetap Sehat, Manfaat, dan Bahagia.
Kampusku rumahku | Kampusku negeriku
Kampusku kebebasanku | Kampusku wahana kami
Di sana kami dibina | Menjadi manusia dewasa
Bercerita tentang apalagi? 25 tahun bukan waktu yang sebentar. Jutaan peristiwa telah terjadi, seperti jutaan pasir yang terus terbawa arus gelombang di pantai. Pasir itu pergi, tetapi akan kembali lagi. Langit biru adalah saksi betapa putihnya awan-awan yang berarak kemarin pagi. Kampus ITB menjadi saksi betapa tulus persahabatan selama 25 tahun ini bagi alumni 94nesha ITB.
Bagaimana dan apapun status kawan-kawan alumni hari itu, ketahuilah bahwa kita semua adalah kawan selamanya. Perjalanan panjang di atas membuktikan bahwa berkumpul kembali setelah bertahun-tahun tidaklah mudah. Masing-masing telah memiliki jalan hidup yang tidak bisa diganggu gugat. Masing-masing telah memiliki generasi penerus yang harus dijaga dan diarahkan jalannya.
“Reuni Perak 25 tahun ITB 94” tentu harus bisa menjangkau sebanyak mungkin alumni ITB 1994 yang sudah tersebar di penjuru negeri dan dunia. Sadar akan hal itu, peran koordinasi tiap jurusan tidak boleh diabaikan. Koordinator Jurusan atau korjur memiliki peran sentral untuk menyebarkan informasi kepada alumni jurusannya masing-masing. Inilah kata kunci berikutnya.
Berbagai event kecil sejak Agustus 2018 disebarkan secara masif. Kebersamaan dan kebahagiaan saat berkumpul bisa kok dilakukan tanpa harus mengorbankan keluarga. Dan puncaknya terjadi pada hari Sabtu itu, 6 Juli 2018. Keluarga tidak diabaikan dengan tersedianya Bus Bandros alias ‘Bandung Tour on Bus’ di depan Gerbang ITB sejak Sabtu pagi hingga Minggu sore. Kalau keluarga sudah senang, acara reuni bakal menyenangkan.
Baca juga….
Bandung Asia African Carnival 2019
Dari Bandara Soetta ke Bandung Naik Apa?
Libur Lebaran Seru Bareng Keluarga
Reuni adalah ajang pembuktian bahwa alumni yang datang adalah manusia-manusia yang sehat. Mereka yang kemudian turut mendoakan kawannya yang telah tiada dan kawannya yang sedang diberi ujian berupa kesibukan dan kesakitan. Mereka hadir untuk dapat memberikan manfaat bahwa silaturahmi itu penting bagi manusia sebagai makhluk sosial. Mereka hadir untuk kemudian pulang membawa kebahagiaan.
Bisa berkumpul karena faktor olahraga, beberapa kawan kemudian berinisiatif untuk memulai hari Sabtu itu dengan berlari bersama. 18 lelaki dan 8 perempuan alumni berkumpul di Gerbang ITB. Simbol bahwa ITB adalah kampus dimana lelakinya lebih banyak dari perempuannya. Di sana ada 25 orang yang harus dipimpin oleh 1 orang pemimpin, sebagai simbol perjalanan panjang 25 tahun yang berhasil berkumpul demi 1 acara reuni perak.
Mereka kemudian berlari santai mengelilingi kampus dan menyesapi track Sabuga. Berlari sebagai perlambang perjalanan hidup yang sudah dilewati. Membuka memori perjuangan yang tidak mudah, langkah demi langkah, lalu berbaris bersama mengelilingi lapangan Sabuga. 94 adalah angkatan keempat yang menerima pelajaran olahraga di Kampus ITB dengan seragam khas yang cantik, putih dan biru.
Lari adalah langkah menuju sehat. Mengelilingi kampus demi menebar manfaat bahwa kebersamaan itu membahagiakan. Kebersamaan yang tulus seperti warna putih, warna awan yang selalu bergerak dan memberi makna kata indah akan warna birunya langit. Putih dan biru adalah warna semesta. Seperti sudah menjadi garis takdir bahwa itulah warna angkatan 94 di ITB yang kemudian menjadi ciri khas hingga kini.
Waktu terus bergerak. Foto-foto bersama menjadi saksi dimulainya acara reuni perak itu. Sementara, beberapa alumni terus berdatangan. Bergerak dari arah gerbang, lalu memandangi deretan nama dan mencari adakah nama mereka di kolom jurusan masing-masing. Bernostalgia dengan Lapangan Basket dan Lapangan Tenis yang sudah bermetamorfosa menjadi Lapangan Cinta. Pada tengah hari, mereka berkumpul di jurusan.
Tiap-tiap jurusan mengadakan acara tersendiri. Sebagian melibatkan mahasiswa yang bernaung di bawah bendera himpunan dan sebagian lain beraktivitas apa adanya. Namun ada kesamaan bahwa para alumni bersepakat untuk memberikan sesuatu pada jurusannya. Ada yang memberikan sumbangan berupa proyektor, GPS, portable sound system, serta miband untuk para dosen dan staf TU.
Namun ada juga yang memberikan kadeudeuh buat staf-staf TU, dana tali kasih untuk dosen yang sedang sakit, dana tali kasih untuk pensiunan karyawan TU, dan sisanya memberikan dana untuk renovasi student lounge atau renovasi studio. Itulah makna memberikan manfaat bagi jurusan masing-masing yang sudah memberikan bekal pengalaman dan keilmuan saat lepas dari dunia kampus.
Pengalaman yang lebih spesifik bagaimana kedekatan saat menjadi mahasiswa dengan para staf TU dan dosen. Kedekatan emosional bahwa empat tahun adalah waktu minimal yang menjadi bekal utama saat kami berjuang di lautan kehidupan bernama dunia pekerjaan dan dunia rumah tangga. Pada momen ini, hanya tawa, senyum, dan rasa haru menyergap di dalam sanubari. Mengikat erat, menjadi satu, dan sukar dilepaskan.
Tepat pada pukul 14:00, suara TOA dari Lapangan Basket memanggil. Masing-masing jurusan berkumpul dan berbaris. Beberapa langsung menciptakan yel-yel penggugah semangat dan kebersamaan. Berjalan satu persatu ke arah lapangan yang begitu melegenda. Kami memang tidak muda lagi, tetapi semangat kebersamaan membuat jiwa-jiwa kami menjadi muda dan bergairah kembali.
Danlap atau komandan lapangan sudah menunggu. “Aba-aba kami ambil alih,” ujar mereka. Seremonial upacara pengingat saat OSKM 94 bergema kembali. Hati kami menggelegak. “Salam Ganesha!” teriak danlap. Kami pun menjawab keras. “Demi Tuhan, Bangsa, dan Almamater.” Danlap bertanya lagi, “Siapa kalian?!” Kami menjawab lantang, “94!” Dilanjut, “Sembilan empaaat!” Dan teriakan ‘ITB-ITB-ITB’ langsung memecah langit.
Sebagian bisa jadi lupa akan seremonial itu, tetapi dengan teriakan dan gerakan yang khas, samar-samar ingatan itu terkuak kembali. Mengalir bersama gelombang cinta yang tiba-tiba saja lahir kembali. Penciptaan gerakan ombak (body wave) dari sisi kanan menuju sisi kiri memberi kebahagiaan tersendiri. Dulu masih kuat, namun kini agak kesulitan karena lutut tidak lagi mumpuni. Tawa dan gigi yang sebagian sudah tanggal menjadi saksi.
Puncaknya adalah pembuatan angka 94 secara masif dari semua alumni yang hadir. Gambar dan video dari kamera drone menjadi saksi kemegahan acara di Lapangan Basket. Zaman ini adalah zaman teknologi dan foto adalah bukti otentik yang bisa disebarluaskan. Reuni dengan foto keren adalah segala-galanya. Formasi 94 yang tercipta dari hampir seribu orang memenuhi lapangan di antara hijaunya dedaunan.
Wajar jika kemudian ada dua rekor yang tercipta dari Reuni Perak 25 Tahun ITB 94 ini. Pertama adalah rekor dengan jumlah terdaftar terbanyak, yaitu dengan 918 alumni dari 27 jurusan. Kedua adalah adanya dua panggung dalam satu hari (siang dan malam). Panggung 1 di Lapangan Basket yang diisi oleh penampilan para alumni yang jago nyanyi. Panggung 2 di Aula Barat bertema 94nesha Glow in The Dark.
Kopi Sore di Lapangan Basket dan Lapangan Cinta adalah perajut kebersamaan. Di sana beberapa kawan bertemu lagi setelah tahunan tidak bersua. Mengobrol dan mengenang akan masa lalu sambil menyesap kopi atau nyemil makanan ringan. Setelah itu foto bersama di dua booth yang bisa menghasilkan foto-foto ciamik. Cukup sampai di situ? Jelas tidak. Pertemuan malam di Aula Barat makin menyempurnakan.
Dengan tema 94nesha Glow in The Dark, Aula Barat disulap menjadi seperti ‘night club‘. Kelab malam dengan nuansa kekeluargaan. Cahaya-cahaya memancar dari kulit yang dilukis dan juga dari gelang/kalung yang disematkan. Di sana ada flashback akan foto-foto Alumni 94 ITB baik saat OSKM maupun acara jurusan. Lalu mengenang beberapa kawan seangkatan yang telah mendahului. Al-Fatihah buat mereka.
Hingga muncullah Ganda Simangunsong, alumni Tambang yang ditunjuk sebagai Ketua Reuni. Ia bercerita tentang perjalanan semuanya yang sudah dipaparkan di atas. Rasa terima kasih dihaturkan pada semua pihak yang telah membantu, baik itu panitia maupun sponsor. Hebatnya, semua sponsor berasal dari angkatan 94 sendiri. Lalu ada fashion show yang desainer dan modelnya adalah para 94reulis ITB.
Terakhir, acara ditutup oleh penampilan band Wachdach dan lelang lukisan yang begitu luar biasa. Lukisan ini dibuat saat Kopi Sore dimana para alumni dan keluarga melemparkan bola cat ke atas kanvas lalu diselesaikan oleh Gilang, Jajang, Adi Othus, dan Roim (semuanya alumni Desain). Ada lukisan yang terjual dengan harga 5 juta, dan ada yang terjual 2 juta atau 1 juta. Semua dibeli oleh kawan kami sendiri dan beberapa bahkan disumbangkan ke kawan seangkatan.
“Acara malam Reuni Perak ITB94 benar benar beyond expectation…. Wah hebat deh panitia. Idenya kok ada aja ya. Angkat topi dan juga terimakasih untuk teman-teman panitia,” ujar Dini Indah Martanti, salah satu alumni. Hari ini jelas menjadi hari milik kami sementara esok masih terbentang. Dan mentari kan tetap menyala, di sini, di dalam hati kami. Bismillah, kami selalu siap menjadi pribadi 94nesha yang sehat, memberi manfaat, dan insya Allah bahagia.[]