Botram adalah istilah bahasa Sunda yang merujuk pada aktivitas makan bersama. Sebenarnya ada istilah lain yang merujuk pada aktivitas yang sama selain botram, yaitu bancakan atau babacakan. Kedua istilah ini meskipun merujuk pada aktivitas makan bersama, ternyata memiliki makna yang berbeda. Perbedaannya hanya pada siapa yang bertanggung jawab dalam hal penyediaan konsumsinya. Kalau makanannya disediakan oleh yang punya hajatan, disebut bancakan. Kalau botram, tiap orang yang hadir membawa sendiri makanannya. Tidak ada ketentuan siapa bawa apa, yang terpenting adalah kebersamaannya.
Dalam tradisi Sunda asli, ngabotram itu biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadhan dan dilakukan di tempat terbuka. Makanan dialas dengan menggunakan daun pisang yang kemudian diletakkan nasi liwet, sambal, lalapan, kerupuk, dan ikan asin. Saat ini sering ditambahkan dengan tahu, tempe, ayam, oseng jengkol, atau petai. Ngabotram itu acara informal alias bukan acara serius atau resmi, sehingga lebih baik obrolan tidak menjurus pada hal-hal yang dapat merusak selera makan. Nah, ada gak yang sudah merasakan sensasi asyiknya ngabotram?
NGABOTRAM DENGAN MENU OMIYAGE
Sosok itu merasa bahwa menu Omiyage tampaknya hadir sebagai bentuk penghormatan atas tradisi masyarakat Indonesia, khususnya orang Sunda itu. Seperti diketahui mayoritas orang Indonesia suka ngumpul dan makan bersama, baik yang tinggal di desa maupun yang di kota. Tradisi pesantren juga menerapkan hal yang sama soal makan bersama ini. “Asa rame lah lamun ngarumpul, teras ngabotram dina satu wadah,” ujarnya tersenyum. Hanya saja karena makanannya sudah disediakan oleh HokBen, maka kebersamaannya diwujudkan dengan membayar patungan. Jadi bawa makanan masing-masing tergantikan dengan membayar makanan masing-masing. Harga paket tinggal dibagi berapa orang yang hadir. Seru. Rame. Inilah acara Ngabotram di HokBen.
Apa itu Omiyage? Omiyage merupakan menu paket baru HokBen yang bisa dinikmati untuk berempat atau berenam dengan variasi menu lengkap, praktis, dan nikmat. Paket baru ini diluncurkan sejak 25 April 2016 di seluruh gerai di Jawa dan Bali. Dimakannya bisa di mana saja, asal jangan di tempat. Kenapa? Ini karena Omiyage hanya bisa dibawa pulang atau sila menggunakan HokBen Delivery 1-500-505. Mungkin bisa jadi karena alasan betapa ngabotram dengan Omiyage itu lebih enak dan nyaman di tempat yang juga sama-sama menyenangkan. Bisa di kantor saat maksi bersama atau di saung belakang rumah sambil tertawa bersama kawan-kawan. Hal ini jelas sesuai dengan tagline-nya, “Berbagi dalam Kehangatan” dan “Share to Love, Love to Share“. Apalagi dari segi bahasa memang Omiyage itu artinya oleh-oleh. Namanya oleh-oleh tentu sebisa mungkin tidak makan di tempat pembelian.
Prinsip Omiyage di Jepang itu patut ditiru. Ini karena masyarakat di sana selalu memegang prinsip pada Enryo (rasa sungkan) dan Meiwaku (merepotkan). Mereka masih memegang kuat rasa sungkan untuk meminta oleh-oleh meski tahu kalau sahabat/tetangganya sedang bepergian ke suatu daerah untuk berlibur atau pulang kampung. Mereka sungkan karena tidak ingin merepotkan. Mereka tahu benar bagaimana repotnya membawa banyak barang bawaan, harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, dan tentu saja menghabiskan waktu. Tidak heran kalau mereka pun merasa begitu amat senang dan langsung memberikan kesan amat menghargai saat diberikan Omiyage. Apalagi kalau ditambah betapa Omiyage yang dipilih itu adalah kesukaan mereka. Berbeda sekali ya dengan budaya di Indonesia. Belum pergi saja sudah diwanti-wanti, “Jangan lupa ya oleh-olehnya.”
Menu Omiyage di HokBen terbagi atas dua varian, yaitu berempat atau berenam. Kalau jumlah orang yang mau makan ada delapan bagaimana? Ya tinggal beli dua paket Omiyage Berempat saja hehehe. Apa menunya khawatir sedikit? Kalau begitu ya beli lebih banyak lagi. Akan tetapi tidak usah berlebih karena kalau sudah berkumpul, meski makanannya sedikit dijamin akan langsung terasa kenyang karena sudah dibumbui dengan banyak cerita yang menyenangkan. Soal harga, menu berempat dipatok Rp150.000 (ada chicken katsu, ebi fried, egg chicken roll, edamame, chicken teriyaki/yakiniku, beef teriyaki/yakiniku, nasi, dan acar) sedangkan menu berenam dipatok Rp240.000 (menu berempat ditambah beef teriyaki/yakiniku dengan porsi double dan shrimp roll). Harga tersebut belum termasuk pajak, ya.
NGABOTRAM SAMBIL BELAJAR FOTOGRAFI
Sabtu, 8 Oktober 2016, beberapa #BloggerBDG ngariung di HokBen Buah Batu. Mereka tidak hanya ngabotram untuk nyobain menu Omiyage tetapi juga ingin mencari ilmu fotografi yang disampaikan oleh Teh Arum. Arum Tresnaningtyas Dayuputri adalah seorang wanita berdarah Solo yang menggeluti profesi sebagai Fotografer Dokumenter & Penulis Lepas. Arum pernah bekerja sebagai wartawan foto Kompas dan banyak mendapatkan penghargaan di bidang fotografi. Jadi bakal dijamin keren deh presentasinya tentang #SnapYourMoment pada hari itu. Temanya sendiri yang dipilih adalah “Bercerita dengan Fotografi”. Maksudnya tentu saja untuk menyimpan setiap momen yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tanpa harus menggunakan keterampilan khusus ataupun kamera yang bagus.
Syaratnya sederhana saja, yaitu bebas berekspresi dengan apa yang dimiliki. Sosok itu jelas senang dengan apa yang dipaparkan. Semua itu telah dipraktikkannya selama ini saat ingin memotret. Teh Arum menekankan bahwa semua orang punya cerita dan semua orang bisa memotret. Siapa pun. Yang terpenting adalah sesuai dengan tahapannya. Apa saja itu? 1). Proses Mengamati (Observasi). Cara mudahnya adalah langsung mencatat 10 hal yang ada di sekitar dan bisa jadi tidak terlihat saking sudah biasanya. 2). Proses Bercerita. Foto yang diambil tentu harus bisa bercerita tentang apa dan bagaimana. 3). Proses Mengumpulkan dan Menganalisa. 4). Proses Mencari Referensi. 5) Proses Memotret. 6). Proses Membandingkan (Kurasi). 7). Proses Penyusunan Pola.
Dalam dan begitu mengena. Pelajaran yang amat berharga tentang dunia fotografi. Selama ini sosok itu hanya begitu saja saat memotret, namun ternyata bisa ditelaah lebih lagi sehingga menghasilkan karya foto yang tidak hanya sekadar menyimpan kenangan. Sambil menghayati semua proses itu, dia pun mengunyah makanan pada paket Bento Special 4 yang mayoritas seafood plus tori no teba. Dia memang suka makanan yang berasal dari laut, salah satunya ya udang. Oya, kalau mau tahu, tori no teba adalah menu otentik dari HokBen, yaitu berupa sayap ayam berisi daging ayam segar yang diolah dengan resep spesial khas HokBen. Jadi sayap ayam digabung dengan olahan daging ayam yang empuk banget. Olahan ini kemudian digoreng dengan teknik khusus untuk menciptakan rasa renyah di luar dan lembut di dalam. Emang beda sih. Dan katanya, tori no teba telah mendapatkan kepemilikan hak paten sebagai produk original HokBen. Yummy![]
sebelum moto kalau makan hokben dah habissss duluan xD
Jadi gak banyak wadah buat dibawa pulang kalau pesan paket ini š
Di Balikpapan, belum ada HokBen.
Salam kenal dari Bumi Borneo ya.
Di tunggu di kotaku ya, Neng Arum.
Dimana ada botram hokben, di situ ada omiyage oh omiyage
Bangaswi kalo ada acara ngebotram lagi jangan lupa ajak-ajak aku ya hihi