Kisah Makanan yang Menangis

Sedih. Siapa yang tidak sedih?
Di siang kosong, dengan sepeda yang tergeletak …
Kupunguti makanan itu satu persatu
Di bawah tatapan anakku

Minggu kelabu tampaknya hari itu. Akan tetapi banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari episode kehidupan sosok itu dan keluarganya. Dan meski ada segores luka dari sekian banyak kehidupannya pada hari itu, kegembiraan tetap terpancar dari seluruh anggota keluarganya. Bernyanyi, menari, bersenda gurau, hingga shalat berjamaah di sore menjelang malam. Semua menyatu … mencipta masakan yang sedap disantap.

Pagi yang malas sebenarnya di hari itu, apalagi saat sosok itu teringat bahwa dirinya tidak dapat bersepeda demi nama hobi dan kepuasan diri. Namun hal itu tidak membuatnya merasa kecewa, apalagi jika mengatasnamakan anak-anak yang tidak bisa ditinggal pergi sementara sang belahan jiwa harus memenuhi kewajibannya sebagai karyawan rumah sakit. Dan pagi itu pun penuh hiruk pikuk anak-anak plus satu keponakan yang menginap demi jalan-jalan dan jajan di Perumahan D’Amerta. Ya, pasar kaget setiap minggu pagi di sana.

Anak-anak pun bersuka ria dengan CD terbaru berupa video klip grup vokal wanita Indonesia yang mengikuti jejak pendahulu-pendahulu mereka dari negeri ginseng. Pun beberapa film-film pendek seperti The Owl atau Bernard dan juga serial Didi Tikus dengan video klip lucu dari Project Pop. Anak-anak berceloteh menonton semua itu sambil menikmati sarapan mie rebus buatan sosok itu. Tak ada yang aneh pada saat itu sementara sosok itu pun bermalas-malasan di atas ranjang sambil tak jelas mengimajinasikan apa. Ada ide?

Dan setelah azan Zuhur berkumandang, sosok itu pun mengajak Adek Anin untuk berbelanja makanan. Makanan jadi tentu saja karena dirinya sedang malas untuk memasak nasi. Berdua mereka menaiki spidi yang engsel tengahnya terasa kendor hingga harus dikeraskan di bengkel sepeda terdekat. Perjalanan mencari warung nasi di seputar Komplek GBA ternyata tetap membuat engsel tengah sepeda kembali kendor–sebagai pertanda bahwa ada bagian yang memang harus diganti. Warung nasi tak jauh dari bengkel sepeda pun ditemukan agak tersembunyi.

Sayur telor plus tahu pun dibelinya dengan harga tidak murah. Tiga telor bulat dan dua tahu telah terbungkus. Begitu pula dengan tongkol dan nasi bungkus seharga empat ribu rupiah. Total semua belanjaan adalah Rp18.000. Di tengah perjalanan sosok itu membeli batagor untuk menemani makan siangnya. Tak ada menyangka jika sosok itu harus mengalami kejadian yang membuat matanya memanas saat pulang kembali ke rumah. Tepat di gerbang komplek, plastik belanjaannya robek begitu saja. Dua butir telor menggelinding keluar dari plastiknya, begitu pula tahu dan nasinya. Semua makanan itu berharga, sudah pasti.

Adek Anin turun dari boncengan dan spidi pun digeletakkan begitu saja. Sosok itu segera memunguti makanan yang jatuh dan langsung memasukkannya ke dalam plastik batagor yang tidak sobek. Sambil menggowes dengan Adek Anin yang menggelayut di belakang punggungnya, mata sosok itu memanas. Betapa dirinya masih beruntung dapat membeli makanan meski harus jatuh. Dirinya jadi mengingat beberapa saudaranya yang tak mampu membeli makanan itu semua.

Sampai di rumah, sosok itu segera membersihkan semua telor dan tahu yang kotor. Semua pun diletakkan di atas mangkok. Semua telah bersih, tetapi tidak ada lagi kuah di sana karena tumpah di jalan. Sekali lagi, sambil menikmati video klip maupun film-film pendek, anak-anak makan dengan lahapnya. Adek Anin dan Ata pun disuapi oleh sosok itu dengan hati yang bergemuruh. Sosok itu jadi teringat betapa tongkolnya tertinggal di jalan. Sudahlah, mungkin bukan rezekinya. Dan ia pun berusaha agar anak-anak makan hingga kenyang. Setelah mereka kenyang, barulah sosok itu memakan sisanya dengan batagor yang alhamdulillah tidak jatuh.

Kehidupan memang penuh misteri. Di saat sosok itu hanya memiliki rezeki yang apa adanya, selalu saja ada cobaan untuk menguji tingkat kesabarannya. Mungkin itulah teguran dari Sang Maha atas kelalaiannya yang entah. Dirinya bisa jadi penuh dengan kekhilafan. Astaghfirullah. Semoga saja ia tetap bisa sabar seberat apa pun cobaan yang sedang dihadapinya. Apapun itu. Bismillah … ^_^

2 thoughts on “Kisah Makanan yang Menangis

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s