Minggu kemarin adalah acara gowes bersama keluarga. Gowes Wisata ke daerah Gedebage Selatan dengan tujuan sebuah desa yang masih melestarikan Burung Blekok dan Burung Kuntul. Takheran jika desa itu sering disebut Kampung Blekok, hingga seluruh elemennya selalu berembel-embel Blekok, misalnya Lurah Blekok atau bahkan Camat Blekok. Nama daerahnya sendiri adalah Ranca Bayawak.
Mertua pun pada akhirnya ikut keranjingan bersepeda setelah seminggu sebelumnya bersepeda santai pada acara milad Polda Jabar. Katanya, beliau disuguhi prasmanan yang luar biasa mewahnya. Siapa yang sanggup menolaknya. Jadilah, minggu kemarin sosok itu bersepeda bersama sang mertua menuju Balai Kota sementara sang belahan jiwa dan kedua putri cantiknya menunggu di rumah hingga selesai mandi dan sarapan.
Setelah berbasa-basi di Balai Kota dan bertemu dengan banyak handai-taulan (termasuk bertemu Kang Ayi Vivananda, wakil walikota Bandung), perjalanan gowes mulai bergerak dengan rute Jl. Merdeka, Jl. Veteran, Jl. Burangrang, Jl. Buah Batu, dan Jl. Soetta. Di Cidurian, sosok itu berhenti sejenak menunggu sang belahan jiwa dan kedua putri cantiknya. Meski lama dan akhirnya tertinggal cukup jauh dari rombongan, rombongan keluarga kecil nan bahagia ini pun bergerak dengan kecepatan tinggi. Alhamdulillah, setelah persimpangan Gede Bage, rombongan terakhir masih terlihat sehingga tidak perlu bertanya ini-itu jika sudah kehilangan ekor.
Menyusuri sungai di sebelah kanan dan areal pesawahan di sebelah kiri menawarkan perasaan yang sangat berbeda. Kesegaran pagi tercium begitu nikmat. Meski Adek Anin dan Kakak Bintan begitu jerih melihat sungai kalau bersepeda agak ke kanan tetapi kami begitu menikmati perjalanan itu. Kami pun menempatkan diri berfoto di antara pematang sawah bersama kawan-kawan. Kapan lagi bisa berfoto seperti itu?
Sampai akhirnya kami tiba di tempat tujuan, yaitu Kampung Blekok. Suasana agak rimbun karena banyak juga sarang burung itu di kampung ini. Bau kotoran atau melihat telur-telur burung itu membuat sosok itu merasa luar biasa, bahwa di Kota Bandung masih ada penangkaran alami sekelompok burung yang sangat bermanfaat bagi pertanian. Hama ulat yang sempat menghebohkan Pulau Jawa beberapa waktu yang lalu sebenarnya takperlu dikhawatirkan kalau populasi burung tidak berkurang. Inilah yang ditekankan Kang Ayi dalam sambutan di kampung tersebut.
Suasana di Kampung Blekok begitu menyenangkan. Gelar karpet di tengah kebon dengan sinar matahari yang mencoba menyusup diantara rerimbunan daun, suara burung atau serangga, juga suguhan alami berupa rangginang, ketan bakar, dan air teh menjadi pelengkap ririungan sederhana itu. Pulangnya, Adek Anin takkuasa menahan kantuk hingga tertidur bertelekan setang sepeda. Sementara di belakang, Kakak Bintan juga menyandar di punggung sosok itu. Hari yang melelahkan tetapi alhamdulillah semuanya mendapatkan kepuasan takterkira.[]
NB: Blekok (Araeola speciosa) dan Kuntul (Bubulcus ibis) adalah burung yang sewaktu terbang lehernya membentuk huruf “s” dan termasuk keluarga Ardeidae. Burung ini berkaki panjang, berleher panjang, dan tersebar di seluruh dunia. Blekok lebih kecil dibanding Kuntul dan bulu punggungnya berwarna hitam dan coklat di dadanya. Bulu burung Kuntul didominasi putih, tubuhnya agak besar, dan punggungnya berwarna jingga.
Baca juga artikel yang berkaitan atau melihat daftar isi
Asik ya Bang…udah gitu tempat yang dituju bener2 bikin seger mata…
Meskipun lelah tapi sudah terobati dengan acara yang lancar dan suguhan pemandangan yang bagus..
Sayang suamiku gak hobby naik sepeda…..
aduuh, enak bener bang,,, gowes2 cape tpi menyenangkan, apalagi yang dituju juga ga kalah menarik tempatnya…
yang sudah saya lihat cuma kuntul aja bang, kalau blekok blum pernah lihat langsung
Indahnya kebersamaan. Salam kenal mas.
ya ampun…beneran ya bang ada kampung namanya blekok hihihi…bodor 😀
aneh ya namanya kampung blekok
>> IbuDini : Alhamdulillah, Teh. Mata dan fisik jadi lebih seger melihat pemandangan yang seperti itu. Coba diajak lagi, Teh, siapa tahu mau bersepeda sang suami.
>> Mabruri Sirampog : Gowes itu memang capek tapi menyenangkan. Blekok memang sudha jarang, seringnya adalah Kuntul. Coba ke Ranca Bayawak, Mas.
>> Irfan Handi : Alhamdulillah dan salam kenal kembali.
>> Orin : Itu hanya karena istilah, Rin. Aslinya ya Ranca Bayawak. Tapi biawak juga sudah nggak ada.
>> Lidya Fitrian : Tapi memang ada ^_^
Indah sekali Bang…
>> Masbro : Alhamdulillah ….